Selasa, 26 Februari 2013

Days 57 - Trip With KA Lokal Rangkasbitung & KA Kalimaya

Hari Selasa yang merupakan waktu aku kuliah, aku gunakan untuk pergi joyride ke Merak. Aku sengaja membolos karena belum saatnya pengambilan FRS saat itu. Sehingga aku ingin berlibur sedikit ke Merak dan ingin mencoba bagaimana pemandangan dan sensasi menaiki KA Kalimaya ini.

Pagi-pagi, aku niatnya pergi kuliah. Namun niat itu aku balikkan hingga aku ingin mencoba joyride ke Merak dengan KA Kalimaya. Ya selama ini aku tidak pernah kesampean untuk mencoba menaiki KA ini berhubung lagi dalam masa promo dan grafik perjalanan kereta api (GAPEKA) nya belum berubah. Kali ini aku mencoba menaiki kereta api ini. Ketika aku naik bis, aku ingin turun di dekat kandang roda dengan dilanjutkan naik ojek, karena aku yakin jika naik angkot pasti gak keburu, karena waktu keberangkatan ke Merak dengan KA Kalimaya pukul 09:35 namun kereta Commuter Line yang tiba di stasiun Bojonggede untuk bisa transit menaiki kereta ini hanya ada pada pukul 08:05 mentoknya.

Ketika aku sampai di stasiun Bojonggede, aku segera membeli karcis untuk tujuan Tanah Abang. Dengan segera aku naik di peron 3 Bojonggede. Aku tiba saat itu pada pukul 07:35. Kereta yang pertama tiba adalah Commuter Line tujuan Jakarta Kota, kemudian dilanjutkan dengan Ekonomi tujuan Tanah Abang-Jatinegara. Saat kereta api ekonomi itu tiba, dalam hatiku mulai memberikan aba-aba akan hal ini kalau aku segera menaiki kereta ini. Namun benakku berkata lain kalau kereta api ekonomi ini cukup rawan akan kriminalitasnya. Kereta ini berangkat pada pukul 07:45. Ternyata gak disangka, setelah kereta api itu berangkat, kereta api ekonomi yang memiliki tujuan sama selanjutnya mengalami pembatalan karena rangkaiannya rusak. Ditambah lagi kereta api Commuter Line untuk tujuan Tanah Abang-Jatinegara belum tersedia di Stasiun Bogor, melainkan baru berjalan dari Stasiun Depok menuju Stasiun Bogor padahal waktu sudah menunjukkan pukul 08:02, sepertinya kereta ini mengalami telat yang cukup parah. Sepertinya dugaanku ternyata hatiku berkata benar dan pikiranku berkata salah. Namun aku berusaha untuk mencari alternatif lainnya agar aku bisa naik kereta ke Tanah Abang dengan cepat setelah aku turun dari stasiun Manggarai dengan program android Sikremut. Ironisnya, ternyata sekitar jam 8 dan 9 tidak ada kereta yang berangkat dari Manggarai menuju Tanah Abang karena kereta yang ada hanyalah berasal dari Bogor, itupun kereta yang datangnya cukup parah. Well.. memang bodohnya aku mengikuti pikiranku yang selalu negatif dibandingkan hatiku yang selalu mengatakan hal positif. Walau tadi aku takut kereta ekonomi yang tiba itu penuh sesak dan akan munculnya kriminalitas yang tidak diinginkan, ditambah lagi pembatalan kereta ekonomi yang memiliki tujuan yang sama. Akhirnya aku memutuskan untuk naik kereta Commuter Line ke arah Jakarta Kota dengan transit di Manggarai.

Kereta yang aku naiki ini memang penuh sesak, bahkan gak bisa bergerak sama sekali. Ujung-ujungnya, dengan mengamankan tasku sendiri, dompet, berserta gadget yang aku bawa. Aku bisa tertidur pulas didalam kereta. Memang keunikan kereta padat bisa tiduran posisi berdiri ketika kereta penuh sesak, sehingga kita seperti ditahan dan bisa tidur dengan nyaman. Tak lama setelah aku menaiki kereta Commuter Line ini, aku tiba di stasiun Manggarai dengan menunggu kereta api ke arah Tanah Abang. Sayangnya, ternyata yang aku tunggu tak kunjung datang dan masih di posisi Pondok Cina, benar-benar bisa dikatakan lebih parah telatnya. Bahkan saja, ternyata yang menunggu di peron diantara jalu 5 dan jalur 6 ini merupakan orang yang mau ke Jatinegara. Jumlahnya cukup banyak, entah apakah mereka bisa muat atau tidak jika dari arah Bogor pun penuh. Sekitar pukul 09:30, 5 menit KA Kalimaya berangkat, kereta Commuter Line dari arah Bogor menuju Tanah Abang-Jatinegara tiba. Dan ya, orang-orang di peron yang aku tempat ini mulai berkumpul layaknya seperti mengantri beras bulog, cukup banyak, dan beruntungnya di kereta api itu dalamnya tidak sepadat yang aku naiki ini. Ketika naik, padatnya memang sama seperti yang aku naiki sebelumnya. Tak lama setelah itu kereta mulai diberangkatkan kembali. Tiba di Stasiun Sudirman, banyak penumpang yang turun, sehingga sedikit longgar untuk bisa bergerak. Tiba di Stasiun Karet, banyak penumpang yang turun pula. Dan akhirnya tiba di Stasiun Tanah Abang, banyak penumpang yang turun dan terisi dengan penumpang untuk menuju ke arah Duri, Kampung Bandan, hingga Jatinegara.

Setibanya di stasiun itu, gak disangka, ternyata KA Kalimaya sudah berangkat duluan, aku tiba di stasiun itu hanya telat 15, alias aku tiba pada pukul 09:55. Akhirnya aku bingung harus apa untuk pergi ke Merak. Pada akhirnya, aku hanya mondar-mandir melihat jadwal KA Lokal Rangkasbitung, KA Rangkas Jaya, KA Patas Merak, KA Banten Ekspress, dan jadwal KRL lainnya. Namun aku enggak mengambil jadwal itu karena bulan April tahun 2013 nanti semua jadwal kereta api berubah total. Sehingga bisa aku ambil dan disusun saat bulan April nanti. Namun, karena aku belum pernah naik KA Lokal Rangkasbitung sendirian, aku ingin mencoba naik kereta api itu. Siapa tau suasananya sama seperti KA Lokal Purwakarta. Aku membeli karcis KA Lokal Rangkasbitung di loket, melihat jadwal keberangkatan dari Tanahabang pukul 10:10 dan tiba di Rangkasbitung pukul 12:35. Aku ingin melihat dan menduga saat ini, apakah kereta api lokal barat ini ngaret ataukah tidak. Aku membeli karcis itu namun sayangnya yang aku beli adalah KA Lokal Rangkasbitung yang keberangkatan dari Tanahabang pukul 09:35 tiba di Rangkasbitung pukul 11:35. Hampir sertara dengan KA Lokal Purwakarta yang selalu aku naiki namun jadwal keberangkatannya hanya beda sejam. Selain itu, sebelum KA Lokal Rangkasbitung ini, ada KRL Commuter Line berangkat dari Tanahabang pukul 10:00 ke Parungpanjang, sehingga kereta api ini dulu yang diberangkatkan, setelah itu disurul dengan kereta ini.



Aku pergi ke peron untuk menunggu kereta lokal yang menjadi idaman warga rangkas ini. Setelah KRL Commuter Line ke arah Parungpanjang berangkat, KA Lokal Rangkasbitung dari kandang (dipo) Tanahabang mulai diberangkatkan menuju Tanahabang dan tiba di jalur 6. Cuaca hujan dan akupun segera naik kereta itu dan mencari duduk agar bisa melihat pemandangan dan rel pada setiap berjalan. Aku duduk bersama pasangan suami istri didepan, disampingku tidak ada siapa-siapa. Aku hanya membayangkan didepan kalau disampingku pasti si emnyu yang menemaniku, kalau dilihat-lihat mirip sekali, ditambah lagi romantis. Ya, sebelum aku cerita mengenai perjalananku ini memang pasangan mereka berdua ini terlihat romantis. Andaikan aku bisa bersama dengan si Emnyu setiap aku pergi, mungkin bisa seperti mereka. Mereka turun di Stasiun Tenjo sehingga didepanku untuk stasiun seterusnya hingga Rangkasbitung tidak bersama dengan mereka lagi. Well.. di gerbong yang aku naiki mayoritas orang yang berbahasa sunda. Hal itu disebabkan karena aktivitas mereka cukup ramah tamah disertai dengan percakapan mereka dengan bahasa sunda, namun jangan salah, terkadang bahasa sunda mereka nyaris gak ada yang halus, biasanya kebanyakan antara bahasa sunda kasar hingga sedang, termasuk orang yang ada didepanku ini memang bisa bahasa sunda. Entah bagaimana aku dengan emnyu, campur aduk atau apa, kemungkinan besar pasti berbahasa sunda dan jawa tentunya.

Jam 10:10, KA Lokal Rangkasbitung yang aku naiki ini berangkat. On time sesuai dengan jadwal yang ada. Kereta api ini berjalan dengan kecepatan normal. Berikut ini adalah laporan waktu dariku mengenai perjalanan menaiki KA Lokal Rangkasbitung ini dari stasiun keberangkatan hingga stasiun akhir.

Nama stasiun Jadwal tiba Jadwal berangkat
Tanah Abang 10:10 10:10
Palmerah 10:18 10:19
Kebayoran 10:25 10:26
Pondok Ranji 10:36 10:36
Jurangmangu 10:39 LS
Sudimara 10:42 10:43
Rawa Buntu 10:49 10:50
Serpong 10:52 10:55
Cisauk 10:59 11:00
Cicayur 11:04 11:05
Parungpanjang 11:12 11:20
Cileujit 11:30 11:32
Daru 11:35 11:36
Tenjo 11:41 11:50
Tigaraksa 11:54 11:55
Cikoya 11:59 12:00
Maja 12:03 12:07
Citeras 12:16 12:22
Rangkasbitung 12:35 12:35

Keberangkatan awal dari Tanah Abang On Time dan sampai di Rangkasbitung pun juga On Time. Jarang-jarang aku naik kereta yang jadwalnya on time dari stasiun keberangkatan hingga tiba di stasiun akhir. Selama perjalanan berhenti di setiap stasiun kecuali stasiun Jurangmangu yang hanya dikhususkan untuk KRL saja. Di stasiun Cisauk, yang dulunya tidak memiliki atap untuk tempat berteduh ketika hujan, ternyata sekarang ini sudah ada, sehingga penumpang tidak kehujanan maupun kepanasan saat menunggu di peron. Di stasiun Cicayur, saat berhenti berpas-pasan dengan KA Banten Ekspress dan di stasiun Parungpanjang bertemu dengan KRL Commuter Line yang sebelumnya aku lihat di stasiun Tanah Abang. Sekedar info, sebenarnya KRL sudah bisa dilalui hingga Maja walau bersesuaian dengan jadwal kalau KRL hanya sampai Serpong dan Parungpanjang. Nantinya menurut info yang aku dengan kalau bulan Maret mulai dioperasikan KRL Tanahabang-Maja, walau masih Single Track karena dari Parungpanjang hingga Maja sedang dibuat Double Track dan akan selesai sekitar akhir tahun 2013 ini. Stasiun Maja akan menjadi stasiun terminus sekaligus terbesar selain Parungpanjang, dan Tigaraksa. Di sekitar tahun 2014 nanti akan dibuat jalur untuk KRL hingga Rangkasbitung, sehingga ada kemungkinan besar nantinya KA Lokal Rangkasbitung dialihkan ke KA Lokal Merak.

Di stasiun Tenjo, kedua pasangan suami istri yang ada didepanku turun. KA Lokal Rangkasbitung yang aku naiki ini menunggu KA Lokal Rangkasbitung dari arah Rangkasbitung sehubung jalurnya masih single track. Stasiun Tenjo yang berada di kecamatan Tenjo dan kabupaten Bogor ini memiliki keunikan yang sama persis dengan Stasiun Lemah Abang (Stasiun yang berada pada relasi Jakarta-Cikampek), karena Peron dengan Pintu Lalu Lintas sangat berdekatan sehingga ketika kereta api berhenti di stasiun itu, maka pintu lalu lintas kereta tidak bisa dibuka hingga kereta itu berangkat dari stasiun itu. Karena menunggu kereta ini bersilangan dengan KA Lokal Rangkasbitung dari arah Rangkasbitung, sekitar 9 menit kereta itu tiba di stasiun Tenjo dan kereta yang aku naiki mulai berangkat. Di stasiun Maja, kereta yang aku naiki ini terpaksa menunggu datangnya kereta barang yang berasal dari relasi Rangkasbitung-Merak, namun setelah kereta itu tiba di Stasiun Maja, kereta lokalan ini langsung diberangkatkan.

Selepas stasiun Serpong hingga Rangkasbitung, pemandangan mulai berubah menjadi pemandangan persawahan, hutan, dan juga sedikit perbukitan dan lembah. Ditambah lagi suasana kampung dan juga kerbau ditambah kambing yang sedang senangnya memakan rumput. Pemandangan persawahan ala kampung yang cukup menarik selama perjalanan menuju Rangkasbitung, tak lupa saat di stasiun Maja dan perlintasan antara Cicayur dan Parungpanjang, kita bisa melihat danau yang begitu bersih dan indah. Kau tau, selama perjalananku ke Rangkasbitung dengan KA Lokal ini, aku sempat menemukan beberapa aktivitas orang didalam kereta, baik penumpang, pedagang, pengamen, pengemis, dan lainnya. Walau kereta yang aku naiki ini sebenarnya gak sepadat dari yang biasanya, namun terkadang aktivitas di kereta ini justru lebih ramai dibandingkan KA Lokal Purwakarta pada umumnya. Dan sedikit yang membuatku gak enak, terkadang ada pengemis yang memaksakan agar aku harus mengasihkan duit kepadanya, kalau tidak maka aku sendiri diancam olehnya, seperti kejadian waktu itu saat aku iseng naik kereta lokalan ini dari Jakarta ke Tanahabang kalau aku sempat ditodong oleh anak kecil. Beruntungnya, aku ada pisau saat aku beli untuk orang tuaku, sehingga anak kecil itu kabur dan gak mau diancam. Memang, kalau mau berpergian dengan kereta ini, disarankan selalu membawa recehan, karena terkadang kalau kita gak ngasih, anak itu bisa jadi ngancam ke kita. Itu cara selamatnya. Kalau kamu berani, mungkin kamu bisa lawan atau segera teriak di gerbong itu atau laporkan ke petugas yang sedang jaga disitu. Satu lagi, saat tiba di stasiun Maja menunggu kereta api barang lewat. Ada seseorang yang mempromosikan produk jualannya ke penumpang satu gerbong itu dengan menggunakan bahasa sunda, ya bahasa sundanya ini bisa dibilang bahasa sunda menengah, maklum kalau disini keterbalikannya. Biasanya di Bandung memang rendahnya bahasa sunda menengah dan tingginya bahasa sunda halus. Sementara di daerah yang aku kunjungi ini bahasa sunda kasar dan tingginya bahasa sunda menegah. Ya.. baru kali ini aku mendengar pedagang mempromosikan dagangannya dengan menggunakan bahasa sunda. Aku segera membuka kamus bahasa sunda di HPku tapi sayangnya, pas aku mau translate, situsnya tidak bisa dibuka karena error. Aku pun sedikit gugup kalau aku harus berbahasa sunda ketika pedagang itu menanyakan aku dengan bahasa sunda. Dengan pura-puranya, aku sedang mencatat laporan perjalananku dan beruntungnya dia hanya bilang kalau artinya itu permisi dan mohon maaf. Aku bisa bernapas lega ketika dia sudah pindah gerbong.

Ketika tiba di stasiun Rangkasbitung, aku langsung turun sambil keliling halaman stasiun ini, halaman stasiun tersebut hampir serupa dengan Stasiun Bogor pada saat tahun mendekati 2000an, hanya saja stasiun ini tidak memiliki LAA. Saat aku keluar dari stasiun itu, aku tak lupa memfoto halaman stasiun itu, stasiun ini dekat dengan rumah unit kesehatan perkeretapian dimana rumah tersebut diperuntukan untuk warga sekitar, pas aku tiba di stasiun itu memang tak begitu ramai walau ramai dengan anak sekolah baru pulang dari sekolah. Adapun saat di loket stasiun Rangkasbitung di bagian tiket reservasi dan tiket KA jarak jauh, ada 3 anak SMK jurusan Administrasi Perkantoran yang sedang menjalankan magang atau PKL, 2 cewek dan 1 cowok sedang bertugas untuk melayani penumpang yang ingin membeli tiket. 1 cowok sedang mengoperasikan komputer untuk reservasi tiket, 1 cewek sedang menstamplekan tanggal karcis untuk KA Banten Eskpress, dan 1 ceweknya lagi sedang tertidur pulas. Saat aku melihat logo nama sekolahnya, ternyata berasal dari SMKN 2 Rangkasbitung. Saat aku coba mengetes mereka kalau aku ingin membeli tiket KA Kalimaya untuk pulang ke Tanah Abang, ternyata mereka melayani dengan murah senyum dan ramah, terutama aku salut dengan si cowoknya itu. Dengan pertanyaan yang dia ajukan ke aku untuk membeli tiket yang aku inginkan, ternyata dengan cepat tiket itu sudah bisa aku dapatkan darinya, yaitu tiket KA Kalimaya dengan keberangkatan Rangkasbitung pukul 14:23 dan tiba di Tanah Abang pukul 15:52. Tak lupa stampel pemeriksaan sesuai identitas dari cewek yang sibuk dengan tanggal stample karcis KA Banten Ekspress. Ya bisa dibilang mereka kerja dengan cukup baik, walau sedikit kekurangan bahwa identitas di tiket yang aku dapatkan ini lupa untuk ditagihkan KTPku, sehingga saat di tiket namaku kurang lengkap, tapi ya aku harap nantinya pas di pemeriksaan tidak diperiksa kejanggalannya itu.








Saat itu, aku ingin istirahat sebentar di halaman stasiun, namun karena di luar cukup panas dan banyak siswa, baik itu SMP, SMA, maupun SMK sedang pulang, akhirnya aku memutusukan untuk masuk ke peron stasiun ini. Selama di peron, aku hanya jalan-jalan dari ujung peron ke ujung peron yang satunya lagi. Selama yang aku lihat memang serupa dengan stasiun Bogor tahun 2000an, namun yang aku lihat lagi beberapa hal yang baru adalah aku menemukan jadwal lengkap pemberhentian untuk KA Kalimaya berserta harganya. Kemudian ruang kepala stasiun, monitoring, PDB, dan aku lupa lagi ruang yang aku temukan disitu termasuk toilet berserta musholla, di peron sebelah timur terdapat dipo yang terlihat tidak terpakai namun terdapat gerbong penumpang didalamnya. Entah sepertinya gerbong tersebut tidak dipakai lagi atau untuk tambahan suatu hari nanti. Tapi didepan stasiun Rangkasbitung terdapat 3 gerbong, kalau tidak salah di jalur 6, dimana 2 gerbong itu adalah gerbong penumpang seperti aling-aling dan 1 gerbong merupakan gerbong bordes atau gerbong untuk penyimpanan barang. Dibawah gerbong tersebut terdapat banyak pedangang makanan dan minuman yang sedang menunggu kereta lokalan datang agar bisa berjualan. Namun karena kereta lokal yang aku naiki ini belum berangkat sehingga mereka berjualan dulu, bahkan ada pengamen dan pengemis yang memulai aksi mereka. Aku hanya duduk di peron satu dekat pintu keluar dan masuk kereta api.
















KA Lokal Rangkasbitung ini hanya melayani 8 kali perjalanan. Tidak sebanyak KA Lokal Purwakarta yang hanya melayani 5 kali perjalanan walau di Purwakarta lebih diperbanyak jadwal paginya dibandingkan jadwal sore yang melayani hanya jam 1 siang dan jam 5 sore. Sementara di Rangkasbitung ini hanya 1 jadwal malam yang dilayani, itupun hanya sampai stasiun Parungpanjang, sehingga jadwal terakhir sebelum malam hari adalah pada jam 3 sore. Sangat diberuntungkan kalau saat ini pada jadwal terakhir KA Lokal Rangkasbitung dari Rangkasbitung bisa disambung dengan KRL Commuterline ke Tanahabang sehingga dilanjutkan ke arah Bekasi, Depok maupun Bogor. Tak terkecuali Tangerang karena KRL terakhir kesana pada pukul 9 malam. KA Lokal Rangkasbitung paling pagi adalah dari jam 4 pagi. Namun, bukan berarti Rangkasbitung merupakan stasiun terminus untuk rute KA Lokal Rangkasbitung ini. Namun, bisa dilanjutkan ke Stasiun Serang hingga Stasiun Merak. Jadi ada sekitar 3 kereta khusus ke Stasiun Merak pada pagi hari dan sore hari, begitupun sebaliknya. Sehingga ada 6 peluang untuk pergi ke rute Rangkasbitung-Merak dan sebaliknya.
































Kita kembali ke aktivitasku menunggu di stasiun Rangkasbitung ini. Pada mulanya KA Lokal Rangkasbitung yang aku naiki ini seharusnya berangkat pada pukul 13:05, namun baru bisa diberangkatkan pada pukul 13:30 dikarenakan adanya KA Batu Bara Rangkaian Pendek (KA Babarandek) yang harus ditunggu agar posisi kereta bisa sinkron sehingga mudah di management walau alhasil banyak kereta yang mengalami ketelatan. Kereta itu masuk ke jalur 1 dari arah Merak, aku kira masuk di jalur 3, kenyataannya jalur 1. Setelah kereta itu berangkat, aku hanya menunggu gak jelas sambil mendapatkan SMS kalau nilai PKn semester 1 sudah keluar. Sayangnya, aku tidak bisa ngecek karena aku sedang berada di stasiun ini. Mungkin aku bisa mengecek di hari esok, ditambah lagi, aku takut jika nilai PKn aku rada hancur. Apalagi dapat C nantinya.






 


















Well... kembali ke point apa yang terjadi. Selama aku menunggu, ibu-ibu disampingku sedang menghibur anaknya agar tetap senyum dan bahagia. Anak itu masih unyu, lucu, dan umurnya pun masih 7 bulan, anak itu berjenis kelamin laki-laki. Ya, rasanya aku senang dan bahagia melihat kesenangan si anak itu disenangi dan dibahagiain oleh ibunya, ternyata memang ada bapak-bapak yang ikut menghibur si anak itu, aku kira suaminya, ternyata orang lain yang ingin mengobrol dengan ibu itu, ditambah lagi kepala stasiun pun, entah aku lupa siapa namanya, ikut nimbrung buat membahagiakan si anaknya itu. Betapa senangnya, ternyata bisa dibilang orang di Rangkasbitung ini tergolong ramah-ramah. Pembicaraannya saja pun melekat walau tidak pakai bahasa sunda. Maklum karena si Ibu itu berasal dari Kalimantan dan merantau di daerah jawa hingga sumatera. Sehingga tak heran kalau kehidupannya ini dia hapal berbagai daerah dan kerjaan yang dia tekuni di berbagai daerah dan juga pastinya saking dia merantau bahasa yang dia gunakan sehari-harinya bahasa indonesia. Aku tidak ikut nimbrung omongan mereka, melainkan aku hanya menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Walau sempat aku lihat ada pegawai cleaning service menyubit pipi anak itu dan anak itu merasa senang. Betapa tidak, sepertinya anak itu senang melihat orang disekitarnya kalau ada orang yang sedang lewat. Mungkin kalau kita merespek anak itu dengan baik maka anak itu mendapatkan stimulan yang baik kepada orang di sekitarnya sehingga si anak itu sudah merasakan kebahagiaan hidupnya saat kecil bersama orang disekitar dan terlindungi. Ya dari situ aku mendapatkan sedikit mengetahui psikologi anak, begitupun mendengarkan curhatan orang di sekitar situ mengenai masa lalu terutama di stasiun Rangkasbitung ini. Dahulunya memang ada Burung Hantu seukuran besar yang hanya ada di daerah Rangkasbitung, Lebak ini. Cuma karena seiring waktu dan pembangunan lahan, burung hantu tersebut sudah tiada. Memang saat ini banyak warga yang menginginkan kereta api terusan ke Merak, cuma karena keterbatasan kereta akhirnya banyak yang beralih ke transportasi seperti bis dan mobil selain kereta. Karena di jadwal pagi hingga malam pun masih banyak yang menginginkan ke Merak terutama untuk hijrah ke pulau Sumatera. Namun, kita hanya berharap sekitar tahun 2016 baru bisa terealisasi untuk frekuensi KA Lokal Merak bisa menjadi sering.













Tak lama setelah itu, KA Lokal Rangkasbitung yang ke-enam pun datang sebelum KA Lokal Rangkasbitung yang terakhir. Tiba pukul 13:48, penuh dengan penumpang yang turun dan diisi dengan banyak anak SMP, SMA, SMK yang baru pulang saat itu ditambah penumpang lainnya. Jadwal keberangkatan yang seharusnya pukul 14:05 dari Rangkasbitung harus ditunda karena menunggu kedatangan KA Kalimaya pada pukul 14:23. Ya memang tak lama lagi kereta itu akan tiba di jalur satu. Setelah kereta api itu tiba, yang naik kereta itu rupanya memang sedikit, dan kenyataannya sepi penumpang, tiap gerbong hanya terisi 2 hingga 8 penumpang saja. Betapa tidak, gerbong yang rapih nan sejuk yang dilengkapi dengan AC memang sepi penumpang, terdapat gorden layaknya kereta kelas bisnis. Tak lama setelah itu, kereta yang aku naiki ini mulai berangkat. Perjalanan kereta api ini sangat cepat dan maksimal penuh, tapi herannya memang di lintas Rangkasbitung ini kecepatan keretanya tidak sekencang pada rute cepatnya Purwakarta dan Bogor. Hal itu disebabkan karena jenis relnya masih menggunakan rel zaman tahun 2000an dimana kecepatan kereta itu hanya dibatas 50 km/jam. Kalau yang baru saat ini antara 80 hingga 150 km/jam. Namun ketika selepas stasiun Parungpanjang kecepatan sedikit meningkat hingga pada saat selepas stasiun Serpong kecepatan menjadi 80 km/jam. KA Kalimaya ini hanya berhenti di Tigaraksa langsung ngebut ke Stasiun Tanahabang. Memang cukup seru dan cepat untuk perjalanan kali ini walau sepi penumpang. Ditambah lagi pegawai pelayan makanan yang selalu mondar-mandir memberikan tawaran untuk makan di kereta. Kalau di kereta api ekonomi/bisnis biasanya yang menawarkan itu laki-laki, namun kalau kereta api eksekutif yang menawarkannya itu perempuan. Tapi jangan salah, dua-duanya ini memiliki daya tarik yang wow untuk pelayannya ini sehingga pernah ada cerita yang dimuat di rubrik majalah mengenai kehidupan mereka itu. Walau dalam pikiranku aku lagi gak mau makan, tapi sayangnya di hatiku ternyata emang ingin makan. Memang serba salah kalau aku ikuti kata pikiranku, selalu hal buruk yang terjadi. Saking nyaman dan sepinya naik kereta ini, aku bisa tidur lelap hingga sampai di Tanahabang hanya telat 1 menit saja dari jadwal.











Ya inilah ceritaku mengenai perjalanan dengan KA Lokal Rangkasbitung dan KA Kalimaya, walau tergolong biasa. Bagiku memang suram setiap berangkat dan pulangnya, karena pas pulang ternyata KRL Commuter Line ke Bogor maupun Depok mengalami telat yang cukup parah. Hingga peron 1 di Stasiun Tanahabang sudah seperti lautan manusia, ketika kereta itu datang, sudah menjadi bahan rebut tempat duduk penumpang hingga penuh, ditambah lagi ketika stasiun Karet dan stasiun Sudirman mengangkut penumpang yang lebih banyak lagi. Ya akhirnya aku hanya bisa duduk biasa sambil lihat pemandangan dan aku turun di Stasiun Depok Baru dan menunggu Commuter Line Bogor untuk turun di Bojonggede.

Tidak ada komentar: