Selasa, 03 September 2013

Days 246 - Wrong Address

Tanggal 3 September 2013. Hari itu aku dengan teman kelasanku yang bernama Mega Mustika Mukaramah ingin pergi ke Jakarta untuk servis kamera milik temanku ini. Semenjak pulang dari acara menginap bersama kelasanku pada tanggal 31 Agustus 2013 itu. Kamera yang biasa sering dia gunakan kemana-mana rusak pada lensa tutupnya. Jadinya saat mengambil foto, yang ada gambarnya menjadi hitam secara total.

Sebelum berangkat kesana, sehari sebelum berangkat. Mega mengirimkan SMS kepadaku. Percakapan SMSnya seperti ini:

Mega: " Wahyu mau nanya boleh?"
Aku: "Boleh, mau nanya apa mega?"
Mega: "Hem tau alamat ini ga JL. Pademangan II no. 1B? Itu jakarta mana ya? Terus kalau kesana naik apa? Maaf ngerepotin :( "
Aku: "Jalan Pademangan ya? Pernah denger pas naik busway. Itu ada di Jakarta Uatara. Deket jalan raya Gunung Sahari. Kalau naik busway aku lupa turun dimana deketnya. Tapi kalau naik kereta deket sama stasiun Rajawali."
Mega: "Oh jadi kalau dari bogor turun di jakarta kota atau dimana? Terus naik angkutan apa? Bingung. Maaf ya wahyu."
Aku: "Ada 2 cara: (1) Naik kereta api dari stasiun Bogor turun di stasiun Jakarta Kota naik Busway ke arah Tanjung Priok turun di Gunung Sahari. (2) Naik kereta api dari stasiun Bogor turun di stasiun Rajawali naik Angkot P12 terus jalan kaki. Disaranin naik bajai kalau mau cepet."
Mega: "Oh gitu kalau dari gunung sahari naik apa? Atau jalan? Maaf ya banyak tanya :( ga ngeti jakut."
Aku: "Dari situ lanjut bajai mega. Kalau angkot sebenarnya ada cuma gak tau angkot berapa buat ke jalan Pademangan 2nya. =.=a "
Mega: "Kata wahyu mendingan yang mana? Yg rada cepetan. Abis st rajawali itu baru tau :( "
Aku: "Kalau aku lebih cepet lewat stasiun Rajawali disambung bajaj, nanti nyampe deh disana."
Mega: "Oh gitu iya sih ya. Mega baru denger loh ada st. Rajawali -_- "
Aku: "Stasiun Rajawali tuh antara stasiun Kampung Bandan/stasiun Ancol sama stasiun Kemayoran. Jarang naik kereta ya mega?"
Mega: "Hahaha iya wahyu terakhir udah lama banget awal bulan tahun ini -_- mau beli tiketnya aja ga ngerti :( "
Aku: "Oh pantes, kalau pernah naik pas bulan sebelumnya sih gak apa-apa. Kalau buat beli tiketnya sebenarnya gampang kok mega. Cuma bayar sesuai jarak+jaminan, lalu tap in, tap out, dan dibawa deh sampai mega balik lagi ke Bogor naik kereta :) "
Mega: "Nanti kalau pake cara 2. Bilangnya turun di st. Rajawali?"
Aku: "Iya mega, turun di stasiun Rajawali"
Mega: "Emg ada yah langsung gitu? Maaf byk tanya. Tkt nyasar :( "
Aku: "Ada mega yang langsung kesana. Naik kereta api yang jurusan Jatinegara. MEmangnya mega sendirian kesanannya?"
Mega: "Oh gitu baru tau banget deh sumpah. Sama temen ga tau deh dia bisa atau engga soalnya ga tau daerah sana :( mau benerin kamera wahyu :( "
Aku: "Kalau temen mega tau sebenarnya gak apa-apa. Kalau baru pertama kesana harus banyak nanya orang sekitar. Tapi kenapa servis kameranya harus disitu?" :o
Mega: "Iya wahyu kan itu baru banget jd haransi tea. Cuman ga tau deh bisa garansi atau engga. Soalnya kalau kata org toko tmpt mega beli mending ke sana langsung soalnya kalau sama toko biasanya sampe 2 bulan nunggu. Mega ga mau lama bgt wahyu -_- "
Aku: "Lah kok begitu? Harusnya sih garansinya masih bisa dipakai di toko kamera yang mega beli itu. Tapi kayanya itu mega masih ada garansi pabrik. Kalau garansi toko udah expired. Jadi terpaksa ke sana. Mau gak mau turun dari stasiun Rajawali naik bajai."
Mega: "Oh ya? Ga tau deh. Tp kata dia bisa aja cuman jangka nya lama bgt di proses. Mending dtg langsung gitu. Iya wahyu. Aduh ga ngerti. Temen mega juga ga ngerti :( "
Aku: "Kalau garansi pabrik harus ke alamat yang dikasih itu mega. Cuma itu doang, ya berharap bisa diproses segera. Kalau lama gak nyampe berbulan-bulan. Kalau aku sih mau aja nganterin mega kesana. Aku tau namanya, kesanannya belum tau. Pernah denger/liat pas naik busway."
Mega: "Wahyu seriusan mau anterin mega?"
Aku: "Aku serius mau nganterin mega. Itu pun kalau mega mau. Soalnya aku lagi jenuh di rumah. Pengen main keluar."
Mega: "Ahhhh boleh banget wahyu boleh bangetttttt! (y) makasih banyak malah :D tapi mega ga ngerti tau dari st.bogornya juga takut salah naik -_- "
Aku: "Iya mega sama-sama. Oke deh kalau gitu. :) kalau mau janjian, di stasiun Bogor jam 8an mega. Aku rasa lebih enak naik busway turun di Pademangan deh. Bukan di Gunung Sahari. Kayanya deket halte Pademangan."
Mega: "Oh gitu iya mega mah ga tau jadi ngikutin aja. Oke jam 8an di st.bogor yaaa :) makasih banyak lohhhh :D "
Aku: "Oke deh gak apa-apa. Sekalian jalan-jalan bair tau tempat untuk kesanannya ;) besok jam 8 pagi ua mega di stasiun Bogor :) aku tunggu di stasiun Bogor arah Laladon/Bubulak ya."

Jadi dari percakapan lewat SMS ini, si Mega ingin servis kamera miliknya dengan kartu garansi yang dia miliki. Namun kartu garansinya gak bisa diterima di toko yang dia beli dan harus ke tempat toko yang tercantum dalam alamat garansinya itu. Jadinya saat itu aku ingin mengantarkan dirinya untuk pergi ke toko itu karena daerah Jalan Pademangan berada di Jakarta Utara di sekitaran daerah pemukiman warga yang rada kumuh bagiku, jika dilihat di google map Jalan Pademangan 2 terletak dekat dengan stasiun Rajawali dan dekat dengan halte Pademangan walau aku gak tau kesanannya dilanjut dengan apa. Dilihat dari situasi dan kondisi di sekitaran Jalan Pademangan memang terbilang rawan apalagi kalau kesanannya seorang diri apalagi perempuan jika gak ada yang mewakili perjalanan kesana. Sehingga aku ingin mencoba kesana dengan menggunakan Busway.

Keesokan harinya, aku mulai mengantar Mega dari stasiun Bogor. Walau aku telat datang karena macet di jalan, tapi Mega sabar menungguku dekat stasiun. Setelah tiba di stasiun Bogor, aku dan Mega menuju loket untuk membeli kartu perjalanan. Aku tidak perlu membeli kartu perjalanan karena aku sudah memiliki multitrip sehingga aku hanya memandu Mega cara membeli kartu perjalanan yang biasa disebut dengan THB (Tiket Harian Berjamin) dan cara-cara menggunakannya. Setelah itu, aku dan Mega berada di peron stasiun dan mencari kereta yang cepat untuk diberangkatkan terlebih dahulu. Di stasiun Bogor mulanya ada 2 kereta, pertama kereta jurusan Bogor di jalur 3 dan yang kedua kereta jurusan Jatinegara di jalur 4 yang saat itu sedang tiba dengan waktu yang begitu telat. Tujuan aku dan Mega sebenarnya ingin pergi ke Jakarta untuk lanjut naik Busway, namun karena jalur 3 harus menunggu kereta yang jalur 4 berangkat terlebih dahulu maka aku dan Mega berpindah kereta yang ada di jalur 4 karena kereta tersebut mulai diberangkatkan lagi karena mengalami keterlambatan waktu yang hampir parah.

Ketika dalam perjalanan, aku dan Mega berbicara dan mengobrol. Adapun Mega menunjukkan letak rumahnya yang terletak di daerah Kebon Pedes. Rumahnya tidak jauh dari perlintasan rel kereta api. Sekitar PJL yang terdapat banyak penjualan tanaman hias. Selain itu, aku dan Mega membicarakan soal masalah yang pernah dibahas mengenai teman kelasan saat acara kelasan bersama di api unggun. Memang masalah temanku yang satu ini begitu rumit, menganggap uang kas yang fungsinya untuk kebersamaan tapi malah dianggap haram. Bagaimana tidak, hal itu sangat dikecamkan dan disesali oleh teman-temanku ketika dia mengeluarkan pernyataan kekesalannya di Facebook dengan membawakan nama Al-quran dan Agama. Perbuatan yang dia lakukan pun sangat tidak terpuji, menganggap dirinya benar padahal yang dia lakukan saja sudah sangat fatal bagi orang sekitar. Orang dianggap gak kenal dosa tapi dirinya sendiri juga sama saja gak kenal dosa. Itulah sebabnya, kejadian itu sudah menjadi topik terhangat kelasanku mengenai tingkah teman kelasanku yang tidak menyenangkan itu. Karena sudah geram, akhirnya hal tersebut akan dibahas bersama saat bertemu di kealsan nanti. Selain pembahasan mengenai teman kelasan yang tidak menyenangkan itu, aku dan Mega membahas hal lainnya hingga out of topic dari pembahasan yang ada selama perjalanan.

Ketika sampai di stasiun Kampung Bandan, aku dan Mega melanjutkan kereta api menuju stasiun Jakarta Kota yang terdapat di jalur 3. Di dalam kereta, Mega menunjukkan kamera yang rusak itu berserta kartu garansinya. Di dalam kartu garansi dari depan nya itu tertera PD. Asia Digital dengan alamat Jl. Pademangan 2 No. 1B. Di tengah kartu garansi tertera identitas kamera yang ada berserta tulisan, identitas, dan syarat mengenai kartu garansinya itu. Di belakang juga tertera tulisan yang sama dengan kartu di depannya namun terdapat nomor telepon yang terhapus. Entah ada apa kartu garansi ini menghapuskan nomor teleponnya itu.

Kartu garansi dilihat dari depan

Kartu garansi dilihat dari tengah 

Kartu garansi dilihat dari belakang, nomor yang dibawahnya terhapus a.k.a ditutupi oleh spidol

Ketika tiba di Stasiun Jakarta, aku memandu Mega untuk mengajarkan bagaimana caranya Tap Out di stasiun itu dengan menggunakan kartu THB. Setelah itu, Mega ingin menarikkan uang di mesin ATM, entah berada yang dia ambil itu. Walaupun sempat ada kejadian kucing masuk ke ruangan mesin ATMnya itu. Sulit diusir, sekalinya diusir malah masuk lagi ke ruangan mesin ATMnya itu. Kemudian aku dan Mega belanja makanan dan minuman di salah satu mini market di stasiun Jakarta Kota. Setelah itu aku dan Mega mulai melanjutkan perjalanan menuju halte Busway Stasiun Kota. Selama perjalanan Mega ingin membeli kerak telor, awalnya aku sering ngeliat yang jualan kerak telor di sekitar jalan menuju halte Busway, namun sayangnya yang jualan tidak terlihat di hari itu.

Tiba di halte Stasiun Kota, aku dan Mega berencana untuk turun di halte Pademangan setelah transit di halte Gunung Sahari untuk melanjutkan ke halte Pademangan. Tadinya memang aku kira jalan Pademangan itu dekat dengan halte Gunung Sahari, saat merubah pikiran untuk turun ke halte Pademangan ternyata halte Pademangan itu hanya sebuah mall jalanan bernama Pademangan. Saat bertanya ke orang sekitar yang dimaksud dengan jalan Pademangan itu dekat dengan halte Gunung Sahari. Ya akhirnya kita berjalan kesana sedikit. Karena Pademangan berada di pedalaman kota, aku dan Mega bertanya-tanya cara ke jalan Pademangan 2 harus naik angkot apa. Ada orang yang menjawab naik angkot 39 (Jakarta Kota-Pademangan), ada juga yang bilang harus naik angkot U10 (Sunter-Pademangan). Walau kebanyakan orang pada jawab harus naik angkot 39, maka aku dan temanku melanjutkan untuk naik angkot 39 untuk ke Jalan Pademangan 2 itu. Masuk ke jalan Hidup Baru dengan lingkungan yang begitu kumuh, jalan yang lagi diperbaiki, dan akhirnya kami diturunkan di Jalan Pademangan 4 memang tujuan angkot terakhir berada di jalan itu. Dan ya, selama perjalanan di angkot saat memasuki wilayah Pademangan itu ternyata kita pada awalnya masuk di Pademangan 5 dengan gang yang tertera setiap jalannya. Kami mencoba menanyakan alamat yang tertera di kartu garansi kepada orang sekitar. Kami ditawarkan untuk naik becak saja agar bisa cepat ke tempat yang dituju.

Tukang becak yang kami tumpangi kelihatan cukup tua, ya walaupun begitu sepertinya dia bekerja untuk menafkahi keluarganya setiap hari. Dia melihat alamat pada kartu garansi. Dia mengatakan bahwa patokan alamat ini berada pada gang di setiap Jalan Pademangan 2nya itu. Karena alamat yang tertera pada alamat itu tidak tercantum nomor gangnya. Akhirnya kita coba memutar setiap ruas jalan dan juga gang pada Jalan Pademangan 2. Gang yang ada di Jalan Pademangan 2 terdapat 22 gang. Kami sudah mencoba menanyakan alamat dan juga nama toko PD Asia Digital ternyata tidak membuahkan hasil, sudah memutar hingga 3 kali tidak ketemu-temu. Yang kesalnya lagi, ada orang yang mencoba ingin menghubungi nomor si pemilik toko itu namun nomornya terhapus di kartu garansinya itu. Tukang becak pun kelelahan, aku dan Mega tidak tega melihat tukang becak ini kecapean ketika berjalan memutar belok, sampai dimarahin mobil atau motor yang lewat. Memang terlihat keras di Jakarta orang-orang sekitar. Bahkan saja, sempat gerimis saat memutar sambil menanyakan orang sekitar. Walau ada yang tau tapi mereka sempat lupa lokasinya dimana. Ditambah lagi banyak gang yang membuat kita bingung. Nama Jalan Pademangan yang begitu banyak hingga 8, gang yang lebih dari 22, bahkan nomor rumah pun sekitar 50an. Memang luas daerah Pademangan, Jakarta Utara ini. Akhirnya orang yang membantu kami di sekitar jalanan dan juga tukang becak pun menyerah dan angkat tangan, bingung harus bagaimana. Pada akhirnya tukang becak pun mengantarkan kami menuju stasiun Rajawali yang dekat dengan daerah Pademangan 2 itu, letaknya juga tak terlalu jauh. Selama perjalanan menuju stasiun Rajawali juga, tukang becak ini terlihat lemas, bahkan dibuat marah oleh orang sekitar karena mengganggu jalan. Saat sampai di gang stasiun menuju stasiun Rajawali. Kelihatan lesu dan lemas, kami menanyakan harga biaya becaknya berapa. Orang ini hanya bilang seikhlasnya saja. Melihat kondisi dia yang seperti itu dan sudah menolong kami mutar-mutar mencarikan alamat sampai 3 kali keliling ditambah lagi halang rintang yang begitu banyak. Kami memberikan dia uang lebih kepadanya, Mega memberikan 50 ribu dan aku memberikan 30 ribu kepadanya. Semoga uang yang kami berikan kepada tukang becak itu menjadi berkah dan bermanfaat bagi keluarganya.

Kita masuk ke Gang Stasiun setelah meninggalkan tukang becak itu. Saat keluar dari Gang Stasiun, kita berada di Stasiun Rajawali di peron jalur kereta antara menuju Ancol dan menuju Kemayoran. Kami mencari jalan menuju pintu masuk utama stasiun Rajawali. Walau kita sempat mondar-mandir mencari jalan karena celah jalan yang begitu kecil, akhirnya kita berhasil menemukan pintu masuk utama Stasiun Rajawali. Aku mengantarkan Mega untuk membeli kartu tujuan untuk kembali ke Bogor. Rencanannya, aku dan Mega pergi ke Bogor ke toko dimana Mega membeli kamera tersebut untuk meminta penjelasan alamat palsu yang diberikan di kartu garansi itu.

Setelah tiba di stasiun Bogor, aku dan Mega melanjutkan naik angkot 07 dengan warna angkot hijau perak tujuan Merdeka-Warung Jambu. Sesampainya di Warung Jambu, aku dan Mega segera ke toko kamera yang dimaksud si Mega itu. Setelah sampai disana, Mega langsung mengatakan mengenai alamat itu bahwa kami tidak menemukan letak alamat itu karena alamat itu tidak lengkap. Namun penjaga tokonya saja hanya ketawa-ketiwi sambil asyik memainkan HP miliknya, terlihat seperti mereka mempermainkan dan gak niat melayani pelanggan. Ya akhirnya aku hanya memasang muka kesal kepada mereka agar mereka sadar betapa susah dan capeknya mencari alamat yang dituju namun tidak dapat sama sekali. Walaupun begitu, mereka masih tetep melayani kita dengan menawarkan untuk mengirimkan barang ke alamat yang dituju dengan memberikan kartu garansinya itu. Mega berharap kamera itu bisa kembali lagi dengan keadaan utuh dan sempurna. Akhirnya kita tidak membayar kepada mereka karena berhubung yang diberikan adalah kartu garansi. Jadinya apabila kamera sudah diperbaiki dan dikirim balik maka akan di konfirmasikan segera. Syukurlah, mereka serius mau menanggapi permintaan kami tapi ingin kami lihat saja kesanannya bagaimana. Karena dari kartu garansi yang ada terlihat bahwa ada pemalsuan garansi karena nomor kontak untuk garansi dihapus dari sanannya. Kita berharap semoga kamera yang dimiliki Mega bisa kembali dengan keadaan utuh dan sempurna. Karena kamera yang dimiliki oleh Mega sangat penting bagi aktvitas dirinya sebagai fotografi.

Selasa, 26 Februari 2013

Days 57 - Trip With KA Lokal Rangkasbitung & KA Kalimaya

Hari Selasa yang merupakan waktu aku kuliah, aku gunakan untuk pergi joyride ke Merak. Aku sengaja membolos karena belum saatnya pengambilan FRS saat itu. Sehingga aku ingin berlibur sedikit ke Merak dan ingin mencoba bagaimana pemandangan dan sensasi menaiki KA Kalimaya ini.

Pagi-pagi, aku niatnya pergi kuliah. Namun niat itu aku balikkan hingga aku ingin mencoba joyride ke Merak dengan KA Kalimaya. Ya selama ini aku tidak pernah kesampean untuk mencoba menaiki KA ini berhubung lagi dalam masa promo dan grafik perjalanan kereta api (GAPEKA) nya belum berubah. Kali ini aku mencoba menaiki kereta api ini. Ketika aku naik bis, aku ingin turun di dekat kandang roda dengan dilanjutkan naik ojek, karena aku yakin jika naik angkot pasti gak keburu, karena waktu keberangkatan ke Merak dengan KA Kalimaya pukul 09:35 namun kereta Commuter Line yang tiba di stasiun Bojonggede untuk bisa transit menaiki kereta ini hanya ada pada pukul 08:05 mentoknya.

Ketika aku sampai di stasiun Bojonggede, aku segera membeli karcis untuk tujuan Tanah Abang. Dengan segera aku naik di peron 3 Bojonggede. Aku tiba saat itu pada pukul 07:35. Kereta yang pertama tiba adalah Commuter Line tujuan Jakarta Kota, kemudian dilanjutkan dengan Ekonomi tujuan Tanah Abang-Jatinegara. Saat kereta api ekonomi itu tiba, dalam hatiku mulai memberikan aba-aba akan hal ini kalau aku segera menaiki kereta ini. Namun benakku berkata lain kalau kereta api ekonomi ini cukup rawan akan kriminalitasnya. Kereta ini berangkat pada pukul 07:45. Ternyata gak disangka, setelah kereta api itu berangkat, kereta api ekonomi yang memiliki tujuan sama selanjutnya mengalami pembatalan karena rangkaiannya rusak. Ditambah lagi kereta api Commuter Line untuk tujuan Tanah Abang-Jatinegara belum tersedia di Stasiun Bogor, melainkan baru berjalan dari Stasiun Depok menuju Stasiun Bogor padahal waktu sudah menunjukkan pukul 08:02, sepertinya kereta ini mengalami telat yang cukup parah. Sepertinya dugaanku ternyata hatiku berkata benar dan pikiranku berkata salah. Namun aku berusaha untuk mencari alternatif lainnya agar aku bisa naik kereta ke Tanah Abang dengan cepat setelah aku turun dari stasiun Manggarai dengan program android Sikremut. Ironisnya, ternyata sekitar jam 8 dan 9 tidak ada kereta yang berangkat dari Manggarai menuju Tanah Abang karena kereta yang ada hanyalah berasal dari Bogor, itupun kereta yang datangnya cukup parah. Well.. memang bodohnya aku mengikuti pikiranku yang selalu negatif dibandingkan hatiku yang selalu mengatakan hal positif. Walau tadi aku takut kereta ekonomi yang tiba itu penuh sesak dan akan munculnya kriminalitas yang tidak diinginkan, ditambah lagi pembatalan kereta ekonomi yang memiliki tujuan yang sama. Akhirnya aku memutuskan untuk naik kereta Commuter Line ke arah Jakarta Kota dengan transit di Manggarai.

Kereta yang aku naiki ini memang penuh sesak, bahkan gak bisa bergerak sama sekali. Ujung-ujungnya, dengan mengamankan tasku sendiri, dompet, berserta gadget yang aku bawa. Aku bisa tertidur pulas didalam kereta. Memang keunikan kereta padat bisa tiduran posisi berdiri ketika kereta penuh sesak, sehingga kita seperti ditahan dan bisa tidur dengan nyaman. Tak lama setelah aku menaiki kereta Commuter Line ini, aku tiba di stasiun Manggarai dengan menunggu kereta api ke arah Tanah Abang. Sayangnya, ternyata yang aku tunggu tak kunjung datang dan masih di posisi Pondok Cina, benar-benar bisa dikatakan lebih parah telatnya. Bahkan saja, ternyata yang menunggu di peron diantara jalu 5 dan jalur 6 ini merupakan orang yang mau ke Jatinegara. Jumlahnya cukup banyak, entah apakah mereka bisa muat atau tidak jika dari arah Bogor pun penuh. Sekitar pukul 09:30, 5 menit KA Kalimaya berangkat, kereta Commuter Line dari arah Bogor menuju Tanah Abang-Jatinegara tiba. Dan ya, orang-orang di peron yang aku tempat ini mulai berkumpul layaknya seperti mengantri beras bulog, cukup banyak, dan beruntungnya di kereta api itu dalamnya tidak sepadat yang aku naiki ini. Ketika naik, padatnya memang sama seperti yang aku naiki sebelumnya. Tak lama setelah itu kereta mulai diberangkatkan kembali. Tiba di Stasiun Sudirman, banyak penumpang yang turun, sehingga sedikit longgar untuk bisa bergerak. Tiba di Stasiun Karet, banyak penumpang yang turun pula. Dan akhirnya tiba di Stasiun Tanah Abang, banyak penumpang yang turun dan terisi dengan penumpang untuk menuju ke arah Duri, Kampung Bandan, hingga Jatinegara.

Setibanya di stasiun itu, gak disangka, ternyata KA Kalimaya sudah berangkat duluan, aku tiba di stasiun itu hanya telat 15, alias aku tiba pada pukul 09:55. Akhirnya aku bingung harus apa untuk pergi ke Merak. Pada akhirnya, aku hanya mondar-mandir melihat jadwal KA Lokal Rangkasbitung, KA Rangkas Jaya, KA Patas Merak, KA Banten Ekspress, dan jadwal KRL lainnya. Namun aku enggak mengambil jadwal itu karena bulan April tahun 2013 nanti semua jadwal kereta api berubah total. Sehingga bisa aku ambil dan disusun saat bulan April nanti. Namun, karena aku belum pernah naik KA Lokal Rangkasbitung sendirian, aku ingin mencoba naik kereta api itu. Siapa tau suasananya sama seperti KA Lokal Purwakarta. Aku membeli karcis KA Lokal Rangkasbitung di loket, melihat jadwal keberangkatan dari Tanahabang pukul 10:10 dan tiba di Rangkasbitung pukul 12:35. Aku ingin melihat dan menduga saat ini, apakah kereta api lokal barat ini ngaret ataukah tidak. Aku membeli karcis itu namun sayangnya yang aku beli adalah KA Lokal Rangkasbitung yang keberangkatan dari Tanahabang pukul 09:35 tiba di Rangkasbitung pukul 11:35. Hampir sertara dengan KA Lokal Purwakarta yang selalu aku naiki namun jadwal keberangkatannya hanya beda sejam. Selain itu, sebelum KA Lokal Rangkasbitung ini, ada KRL Commuter Line berangkat dari Tanahabang pukul 10:00 ke Parungpanjang, sehingga kereta api ini dulu yang diberangkatkan, setelah itu disurul dengan kereta ini.



Aku pergi ke peron untuk menunggu kereta lokal yang menjadi idaman warga rangkas ini. Setelah KRL Commuter Line ke arah Parungpanjang berangkat, KA Lokal Rangkasbitung dari kandang (dipo) Tanahabang mulai diberangkatkan menuju Tanahabang dan tiba di jalur 6. Cuaca hujan dan akupun segera naik kereta itu dan mencari duduk agar bisa melihat pemandangan dan rel pada setiap berjalan. Aku duduk bersama pasangan suami istri didepan, disampingku tidak ada siapa-siapa. Aku hanya membayangkan didepan kalau disampingku pasti si emnyu yang menemaniku, kalau dilihat-lihat mirip sekali, ditambah lagi romantis. Ya, sebelum aku cerita mengenai perjalananku ini memang pasangan mereka berdua ini terlihat romantis. Andaikan aku bisa bersama dengan si Emnyu setiap aku pergi, mungkin bisa seperti mereka. Mereka turun di Stasiun Tenjo sehingga didepanku untuk stasiun seterusnya hingga Rangkasbitung tidak bersama dengan mereka lagi. Well.. di gerbong yang aku naiki mayoritas orang yang berbahasa sunda. Hal itu disebabkan karena aktivitas mereka cukup ramah tamah disertai dengan percakapan mereka dengan bahasa sunda, namun jangan salah, terkadang bahasa sunda mereka nyaris gak ada yang halus, biasanya kebanyakan antara bahasa sunda kasar hingga sedang, termasuk orang yang ada didepanku ini memang bisa bahasa sunda. Entah bagaimana aku dengan emnyu, campur aduk atau apa, kemungkinan besar pasti berbahasa sunda dan jawa tentunya.

Jam 10:10, KA Lokal Rangkasbitung yang aku naiki ini berangkat. On time sesuai dengan jadwal yang ada. Kereta api ini berjalan dengan kecepatan normal. Berikut ini adalah laporan waktu dariku mengenai perjalanan menaiki KA Lokal Rangkasbitung ini dari stasiun keberangkatan hingga stasiun akhir.

Nama stasiun Jadwal tiba Jadwal berangkat
Tanah Abang 10:10 10:10
Palmerah 10:18 10:19
Kebayoran 10:25 10:26
Pondok Ranji 10:36 10:36
Jurangmangu 10:39 LS
Sudimara 10:42 10:43
Rawa Buntu 10:49 10:50
Serpong 10:52 10:55
Cisauk 10:59 11:00
Cicayur 11:04 11:05
Parungpanjang 11:12 11:20
Cileujit 11:30 11:32
Daru 11:35 11:36
Tenjo 11:41 11:50
Tigaraksa 11:54 11:55
Cikoya 11:59 12:00
Maja 12:03 12:07
Citeras 12:16 12:22
Rangkasbitung 12:35 12:35

Keberangkatan awal dari Tanah Abang On Time dan sampai di Rangkasbitung pun juga On Time. Jarang-jarang aku naik kereta yang jadwalnya on time dari stasiun keberangkatan hingga tiba di stasiun akhir. Selama perjalanan berhenti di setiap stasiun kecuali stasiun Jurangmangu yang hanya dikhususkan untuk KRL saja. Di stasiun Cisauk, yang dulunya tidak memiliki atap untuk tempat berteduh ketika hujan, ternyata sekarang ini sudah ada, sehingga penumpang tidak kehujanan maupun kepanasan saat menunggu di peron. Di stasiun Cicayur, saat berhenti berpas-pasan dengan KA Banten Ekspress dan di stasiun Parungpanjang bertemu dengan KRL Commuter Line yang sebelumnya aku lihat di stasiun Tanah Abang. Sekedar info, sebenarnya KRL sudah bisa dilalui hingga Maja walau bersesuaian dengan jadwal kalau KRL hanya sampai Serpong dan Parungpanjang. Nantinya menurut info yang aku dengan kalau bulan Maret mulai dioperasikan KRL Tanahabang-Maja, walau masih Single Track karena dari Parungpanjang hingga Maja sedang dibuat Double Track dan akan selesai sekitar akhir tahun 2013 ini. Stasiun Maja akan menjadi stasiun terminus sekaligus terbesar selain Parungpanjang, dan Tigaraksa. Di sekitar tahun 2014 nanti akan dibuat jalur untuk KRL hingga Rangkasbitung, sehingga ada kemungkinan besar nantinya KA Lokal Rangkasbitung dialihkan ke KA Lokal Merak.

Di stasiun Tenjo, kedua pasangan suami istri yang ada didepanku turun. KA Lokal Rangkasbitung yang aku naiki ini menunggu KA Lokal Rangkasbitung dari arah Rangkasbitung sehubung jalurnya masih single track. Stasiun Tenjo yang berada di kecamatan Tenjo dan kabupaten Bogor ini memiliki keunikan yang sama persis dengan Stasiun Lemah Abang (Stasiun yang berada pada relasi Jakarta-Cikampek), karena Peron dengan Pintu Lalu Lintas sangat berdekatan sehingga ketika kereta api berhenti di stasiun itu, maka pintu lalu lintas kereta tidak bisa dibuka hingga kereta itu berangkat dari stasiun itu. Karena menunggu kereta ini bersilangan dengan KA Lokal Rangkasbitung dari arah Rangkasbitung, sekitar 9 menit kereta itu tiba di stasiun Tenjo dan kereta yang aku naiki mulai berangkat. Di stasiun Maja, kereta yang aku naiki ini terpaksa menunggu datangnya kereta barang yang berasal dari relasi Rangkasbitung-Merak, namun setelah kereta itu tiba di Stasiun Maja, kereta lokalan ini langsung diberangkatkan.

Selepas stasiun Serpong hingga Rangkasbitung, pemandangan mulai berubah menjadi pemandangan persawahan, hutan, dan juga sedikit perbukitan dan lembah. Ditambah lagi suasana kampung dan juga kerbau ditambah kambing yang sedang senangnya memakan rumput. Pemandangan persawahan ala kampung yang cukup menarik selama perjalanan menuju Rangkasbitung, tak lupa saat di stasiun Maja dan perlintasan antara Cicayur dan Parungpanjang, kita bisa melihat danau yang begitu bersih dan indah. Kau tau, selama perjalananku ke Rangkasbitung dengan KA Lokal ini, aku sempat menemukan beberapa aktivitas orang didalam kereta, baik penumpang, pedagang, pengamen, pengemis, dan lainnya. Walau kereta yang aku naiki ini sebenarnya gak sepadat dari yang biasanya, namun terkadang aktivitas di kereta ini justru lebih ramai dibandingkan KA Lokal Purwakarta pada umumnya. Dan sedikit yang membuatku gak enak, terkadang ada pengemis yang memaksakan agar aku harus mengasihkan duit kepadanya, kalau tidak maka aku sendiri diancam olehnya, seperti kejadian waktu itu saat aku iseng naik kereta lokalan ini dari Jakarta ke Tanahabang kalau aku sempat ditodong oleh anak kecil. Beruntungnya, aku ada pisau saat aku beli untuk orang tuaku, sehingga anak kecil itu kabur dan gak mau diancam. Memang, kalau mau berpergian dengan kereta ini, disarankan selalu membawa recehan, karena terkadang kalau kita gak ngasih, anak itu bisa jadi ngancam ke kita. Itu cara selamatnya. Kalau kamu berani, mungkin kamu bisa lawan atau segera teriak di gerbong itu atau laporkan ke petugas yang sedang jaga disitu. Satu lagi, saat tiba di stasiun Maja menunggu kereta api barang lewat. Ada seseorang yang mempromosikan produk jualannya ke penumpang satu gerbong itu dengan menggunakan bahasa sunda, ya bahasa sundanya ini bisa dibilang bahasa sunda menengah, maklum kalau disini keterbalikannya. Biasanya di Bandung memang rendahnya bahasa sunda menengah dan tingginya bahasa sunda halus. Sementara di daerah yang aku kunjungi ini bahasa sunda kasar dan tingginya bahasa sunda menegah. Ya.. baru kali ini aku mendengar pedagang mempromosikan dagangannya dengan menggunakan bahasa sunda. Aku segera membuka kamus bahasa sunda di HPku tapi sayangnya, pas aku mau translate, situsnya tidak bisa dibuka karena error. Aku pun sedikit gugup kalau aku harus berbahasa sunda ketika pedagang itu menanyakan aku dengan bahasa sunda. Dengan pura-puranya, aku sedang mencatat laporan perjalananku dan beruntungnya dia hanya bilang kalau artinya itu permisi dan mohon maaf. Aku bisa bernapas lega ketika dia sudah pindah gerbong.

Ketika tiba di stasiun Rangkasbitung, aku langsung turun sambil keliling halaman stasiun ini, halaman stasiun tersebut hampir serupa dengan Stasiun Bogor pada saat tahun mendekati 2000an, hanya saja stasiun ini tidak memiliki LAA. Saat aku keluar dari stasiun itu, aku tak lupa memfoto halaman stasiun itu, stasiun ini dekat dengan rumah unit kesehatan perkeretapian dimana rumah tersebut diperuntukan untuk warga sekitar, pas aku tiba di stasiun itu memang tak begitu ramai walau ramai dengan anak sekolah baru pulang dari sekolah. Adapun saat di loket stasiun Rangkasbitung di bagian tiket reservasi dan tiket KA jarak jauh, ada 3 anak SMK jurusan Administrasi Perkantoran yang sedang menjalankan magang atau PKL, 2 cewek dan 1 cowok sedang bertugas untuk melayani penumpang yang ingin membeli tiket. 1 cowok sedang mengoperasikan komputer untuk reservasi tiket, 1 cewek sedang menstamplekan tanggal karcis untuk KA Banten Eskpress, dan 1 ceweknya lagi sedang tertidur pulas. Saat aku melihat logo nama sekolahnya, ternyata berasal dari SMKN 2 Rangkasbitung. Saat aku coba mengetes mereka kalau aku ingin membeli tiket KA Kalimaya untuk pulang ke Tanah Abang, ternyata mereka melayani dengan murah senyum dan ramah, terutama aku salut dengan si cowoknya itu. Dengan pertanyaan yang dia ajukan ke aku untuk membeli tiket yang aku inginkan, ternyata dengan cepat tiket itu sudah bisa aku dapatkan darinya, yaitu tiket KA Kalimaya dengan keberangkatan Rangkasbitung pukul 14:23 dan tiba di Tanah Abang pukul 15:52. Tak lupa stampel pemeriksaan sesuai identitas dari cewek yang sibuk dengan tanggal stample karcis KA Banten Ekspress. Ya bisa dibilang mereka kerja dengan cukup baik, walau sedikit kekurangan bahwa identitas di tiket yang aku dapatkan ini lupa untuk ditagihkan KTPku, sehingga saat di tiket namaku kurang lengkap, tapi ya aku harap nantinya pas di pemeriksaan tidak diperiksa kejanggalannya itu.








Saat itu, aku ingin istirahat sebentar di halaman stasiun, namun karena di luar cukup panas dan banyak siswa, baik itu SMP, SMA, maupun SMK sedang pulang, akhirnya aku memutusukan untuk masuk ke peron stasiun ini. Selama di peron, aku hanya jalan-jalan dari ujung peron ke ujung peron yang satunya lagi. Selama yang aku lihat memang serupa dengan stasiun Bogor tahun 2000an, namun yang aku lihat lagi beberapa hal yang baru adalah aku menemukan jadwal lengkap pemberhentian untuk KA Kalimaya berserta harganya. Kemudian ruang kepala stasiun, monitoring, PDB, dan aku lupa lagi ruang yang aku temukan disitu termasuk toilet berserta musholla, di peron sebelah timur terdapat dipo yang terlihat tidak terpakai namun terdapat gerbong penumpang didalamnya. Entah sepertinya gerbong tersebut tidak dipakai lagi atau untuk tambahan suatu hari nanti. Tapi didepan stasiun Rangkasbitung terdapat 3 gerbong, kalau tidak salah di jalur 6, dimana 2 gerbong itu adalah gerbong penumpang seperti aling-aling dan 1 gerbong merupakan gerbong bordes atau gerbong untuk penyimpanan barang. Dibawah gerbong tersebut terdapat banyak pedangang makanan dan minuman yang sedang menunggu kereta lokalan datang agar bisa berjualan. Namun karena kereta lokal yang aku naiki ini belum berangkat sehingga mereka berjualan dulu, bahkan ada pengamen dan pengemis yang memulai aksi mereka. Aku hanya duduk di peron satu dekat pintu keluar dan masuk kereta api.
















KA Lokal Rangkasbitung ini hanya melayani 8 kali perjalanan. Tidak sebanyak KA Lokal Purwakarta yang hanya melayani 5 kali perjalanan walau di Purwakarta lebih diperbanyak jadwal paginya dibandingkan jadwal sore yang melayani hanya jam 1 siang dan jam 5 sore. Sementara di Rangkasbitung ini hanya 1 jadwal malam yang dilayani, itupun hanya sampai stasiun Parungpanjang, sehingga jadwal terakhir sebelum malam hari adalah pada jam 3 sore. Sangat diberuntungkan kalau saat ini pada jadwal terakhir KA Lokal Rangkasbitung dari Rangkasbitung bisa disambung dengan KRL Commuterline ke Tanahabang sehingga dilanjutkan ke arah Bekasi, Depok maupun Bogor. Tak terkecuali Tangerang karena KRL terakhir kesana pada pukul 9 malam. KA Lokal Rangkasbitung paling pagi adalah dari jam 4 pagi. Namun, bukan berarti Rangkasbitung merupakan stasiun terminus untuk rute KA Lokal Rangkasbitung ini. Namun, bisa dilanjutkan ke Stasiun Serang hingga Stasiun Merak. Jadi ada sekitar 3 kereta khusus ke Stasiun Merak pada pagi hari dan sore hari, begitupun sebaliknya. Sehingga ada 6 peluang untuk pergi ke rute Rangkasbitung-Merak dan sebaliknya.
































Kita kembali ke aktivitasku menunggu di stasiun Rangkasbitung ini. Pada mulanya KA Lokal Rangkasbitung yang aku naiki ini seharusnya berangkat pada pukul 13:05, namun baru bisa diberangkatkan pada pukul 13:30 dikarenakan adanya KA Batu Bara Rangkaian Pendek (KA Babarandek) yang harus ditunggu agar posisi kereta bisa sinkron sehingga mudah di management walau alhasil banyak kereta yang mengalami ketelatan. Kereta itu masuk ke jalur 1 dari arah Merak, aku kira masuk di jalur 3, kenyataannya jalur 1. Setelah kereta itu berangkat, aku hanya menunggu gak jelas sambil mendapatkan SMS kalau nilai PKn semester 1 sudah keluar. Sayangnya, aku tidak bisa ngecek karena aku sedang berada di stasiun ini. Mungkin aku bisa mengecek di hari esok, ditambah lagi, aku takut jika nilai PKn aku rada hancur. Apalagi dapat C nantinya.






 


















Well... kembali ke point apa yang terjadi. Selama aku menunggu, ibu-ibu disampingku sedang menghibur anaknya agar tetap senyum dan bahagia. Anak itu masih unyu, lucu, dan umurnya pun masih 7 bulan, anak itu berjenis kelamin laki-laki. Ya, rasanya aku senang dan bahagia melihat kesenangan si anak itu disenangi dan dibahagiain oleh ibunya, ternyata memang ada bapak-bapak yang ikut menghibur si anak itu, aku kira suaminya, ternyata orang lain yang ingin mengobrol dengan ibu itu, ditambah lagi kepala stasiun pun, entah aku lupa siapa namanya, ikut nimbrung buat membahagiakan si anaknya itu. Betapa senangnya, ternyata bisa dibilang orang di Rangkasbitung ini tergolong ramah-ramah. Pembicaraannya saja pun melekat walau tidak pakai bahasa sunda. Maklum karena si Ibu itu berasal dari Kalimantan dan merantau di daerah jawa hingga sumatera. Sehingga tak heran kalau kehidupannya ini dia hapal berbagai daerah dan kerjaan yang dia tekuni di berbagai daerah dan juga pastinya saking dia merantau bahasa yang dia gunakan sehari-harinya bahasa indonesia. Aku tidak ikut nimbrung omongan mereka, melainkan aku hanya menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Walau sempat aku lihat ada pegawai cleaning service menyubit pipi anak itu dan anak itu merasa senang. Betapa tidak, sepertinya anak itu senang melihat orang disekitarnya kalau ada orang yang sedang lewat. Mungkin kalau kita merespek anak itu dengan baik maka anak itu mendapatkan stimulan yang baik kepada orang di sekitarnya sehingga si anak itu sudah merasakan kebahagiaan hidupnya saat kecil bersama orang disekitar dan terlindungi. Ya dari situ aku mendapatkan sedikit mengetahui psikologi anak, begitupun mendengarkan curhatan orang di sekitar situ mengenai masa lalu terutama di stasiun Rangkasbitung ini. Dahulunya memang ada Burung Hantu seukuran besar yang hanya ada di daerah Rangkasbitung, Lebak ini. Cuma karena seiring waktu dan pembangunan lahan, burung hantu tersebut sudah tiada. Memang saat ini banyak warga yang menginginkan kereta api terusan ke Merak, cuma karena keterbatasan kereta akhirnya banyak yang beralih ke transportasi seperti bis dan mobil selain kereta. Karena di jadwal pagi hingga malam pun masih banyak yang menginginkan ke Merak terutama untuk hijrah ke pulau Sumatera. Namun, kita hanya berharap sekitar tahun 2016 baru bisa terealisasi untuk frekuensi KA Lokal Merak bisa menjadi sering.













Tak lama setelah itu, KA Lokal Rangkasbitung yang ke-enam pun datang sebelum KA Lokal Rangkasbitung yang terakhir. Tiba pukul 13:48, penuh dengan penumpang yang turun dan diisi dengan banyak anak SMP, SMA, SMK yang baru pulang saat itu ditambah penumpang lainnya. Jadwal keberangkatan yang seharusnya pukul 14:05 dari Rangkasbitung harus ditunda karena menunggu kedatangan KA Kalimaya pada pukul 14:23. Ya memang tak lama lagi kereta itu akan tiba di jalur satu. Setelah kereta api itu tiba, yang naik kereta itu rupanya memang sedikit, dan kenyataannya sepi penumpang, tiap gerbong hanya terisi 2 hingga 8 penumpang saja. Betapa tidak, gerbong yang rapih nan sejuk yang dilengkapi dengan AC memang sepi penumpang, terdapat gorden layaknya kereta kelas bisnis. Tak lama setelah itu, kereta yang aku naiki ini mulai berangkat. Perjalanan kereta api ini sangat cepat dan maksimal penuh, tapi herannya memang di lintas Rangkasbitung ini kecepatan keretanya tidak sekencang pada rute cepatnya Purwakarta dan Bogor. Hal itu disebabkan karena jenis relnya masih menggunakan rel zaman tahun 2000an dimana kecepatan kereta itu hanya dibatas 50 km/jam. Kalau yang baru saat ini antara 80 hingga 150 km/jam. Namun ketika selepas stasiun Parungpanjang kecepatan sedikit meningkat hingga pada saat selepas stasiun Serpong kecepatan menjadi 80 km/jam. KA Kalimaya ini hanya berhenti di Tigaraksa langsung ngebut ke Stasiun Tanahabang. Memang cukup seru dan cepat untuk perjalanan kali ini walau sepi penumpang. Ditambah lagi pegawai pelayan makanan yang selalu mondar-mandir memberikan tawaran untuk makan di kereta. Kalau di kereta api ekonomi/bisnis biasanya yang menawarkan itu laki-laki, namun kalau kereta api eksekutif yang menawarkannya itu perempuan. Tapi jangan salah, dua-duanya ini memiliki daya tarik yang wow untuk pelayannya ini sehingga pernah ada cerita yang dimuat di rubrik majalah mengenai kehidupan mereka itu. Walau dalam pikiranku aku lagi gak mau makan, tapi sayangnya di hatiku ternyata emang ingin makan. Memang serba salah kalau aku ikuti kata pikiranku, selalu hal buruk yang terjadi. Saking nyaman dan sepinya naik kereta ini, aku bisa tidur lelap hingga sampai di Tanahabang hanya telat 1 menit saja dari jadwal.











Ya inilah ceritaku mengenai perjalanan dengan KA Lokal Rangkasbitung dan KA Kalimaya, walau tergolong biasa. Bagiku memang suram setiap berangkat dan pulangnya, karena pas pulang ternyata KRL Commuter Line ke Bogor maupun Depok mengalami telat yang cukup parah. Hingga peron 1 di Stasiun Tanahabang sudah seperti lautan manusia, ketika kereta itu datang, sudah menjadi bahan rebut tempat duduk penumpang hingga penuh, ditambah lagi ketika stasiun Karet dan stasiun Sudirman mengangkut penumpang yang lebih banyak lagi. Ya akhirnya aku hanya bisa duduk biasa sambil lihat pemandangan dan aku turun di Stasiun Depok Baru dan menunggu Commuter Line Bogor untuk turun di Bojonggede.

Selasa, 19 Februari 2013

Days 48 - The Rain-O-Chromatic

Tanggal 17 Februari 2013, merupakan hari keempat kalinya aku bertemu dengannya, kau tau? dia itu merupakan pacarku, Emnyu. Kamu bisa melihat nama aslinya ketika kamu melihat versi HTML di postingan ini. Aku bertemu dengannya untuk keempat kalinya dan merupakan ketemuan pertama kalinya ketika aku sedang berhubungan dengannya.

Pagi itu, aku bangun tidur pada jam 5 pagi, mematikan alarm matematika aku walau sebenarnya aku malas menghitung tapi aku diharuskan untuk menghitung perhitungan alarm itu agar alarm tersebut tidak menimbulkan masalah. Setelah aku terbangun, aku melaksanakan sholat shubuh, dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke tempatnya yang ada di kota tangga cinta, Purwakarta. Awalnya aku saat berangkat di hari itu, ibuku kesal karena aku selalu pergi kemana-mana, namun kakak aku membantah karena aku sendiri manusia yang butuh istirahat dan butuh hiburan karena tidak suka tertekan. Ya.. kakakku yang satu ini memang mengerti akan aku dan dia sendiri tau kalau aku sudah jadian dengan Emnyu. Saat ibuku pergi sekitar jam 05:55, aku berangkat jam 06:05. Segera bergegas aku berangkat dan naik ojek menuju stasiun Bojonggede dengan tarif 20000 rupiah. Tiba di stasiun pukul 06:28. Ada kereta datang tujuan Jakarta namun disayangkan aku datang pas kereta mau berangkat, ternyata baru kali ini ada kereta yang datangnya on time, biasanya kereta tersebut datangnya telat 3 hingga 10 menitan. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu kereta selanjutnya. Sekitar 06:34 ada kereta tujuan Jakarta tiba di stasiun Bojonggede. Aku naik kereta itu, walau pada jadwal seharusnya tidak ada kereta pada jam segitu, tapi aku yakin sepertinya kereta itu adalah kereta pada pukul 06:28 yang telat dan kereta pada pukul 06:28 itu adalah kereta yang telat datang yang seharusnya ada pada pukul 06:20. Aku naik kereta api Commuter Line dengan AC yang begitu dingin, padahal aku pake jaket, tapi masih kerasa dinginnya di kereta api itu. Saat kereta api itu berangkat, aku mengabari dirinya bahwa aku sudah berangkat menuju Purwakarta, aku tidak mau menggagalkan acaraku dengannya lagi untuk yang kedua kalinya. Memang begitu banyak cobaan ketika aku harus berangkat ke daerahnya untuk bermain bersama dengannya. Yang pertama karena bentrok dengan kegiatan orang tuaku, yang kedua karena aku kesiangan. Ya.. aku harus kesana sebenarnya jam 6 pagi. Karena kalau lebih dari jam segitu, ada kemungkinan akan telat jika sewaktu-waktu keretanya gangguan.

Aku tiba di stasiun Jakarta Kota pada pukul 07:38, dengan segera aku membeli tiket KA Serayu tujuan Purwakarta, namun saat di loket ternyata tiket tersebut habis, akhirnya aku memutuskan untuk naik KA Lokal Purwakarta. Walau perbedaan tarif antara KA Serayu dengan KA Lokal Purwakarta adalah 25000 dan 3000 untuk tujuan Purwakarta. Namun waktu tempuh untuk naik KA Serayu adalah 3 jam, sementara naik lokalan sekitar 4 jam. Saat aku sedang berjalan keluar menuju peron, aku melihat perbandingan jadwal antara KA Serayu dan KA Lokal Purwakarta, KA Serayu berangkat pada pukul 08:40 sementara KA Lokal Purwakarta pukul 08:36. Aku berharap jadwal tersebut benar sehingga KA Lokal Purwakarta dulu yang jalan lebih awal, saat itulah aku mengabari dirinya kalau jadwal kereta api menuju Purwakarta mengalami perubahan. Untuk jadwal KA Lokal Purwakarta yang terbaru akan aku posting disini.

Sesampainya di peron, aku menunggu KA Lokal Purwakarta untuk melangsir di stasiun Jakarta Kota. Beberapa menit kemudian, kereta tersebut tiba di jalur 9 dengan berjalan mundur. Ya kereta api tersebut memang langsir jadinya kereta itu mundur dan bisa maju saat diberangkatkan. Ketika kereta itu berhenti, aku langsung naik ke gerbong (lupa gerbong berapa) dan mulai duduk di kursi penumpang seperti layaknya kursi penumpang KA jarak jauh. Suasana di kereta api Lokal Purwakarta mengingatkan aku mengenai suasana kereta api ekonomi saat aku masih kecil, banyak sekali yang berjualan, suasana ramah tamah disana-sini, dan udara yang alami yang masuk dalam kereta api tersebut. Sambil aku menunggu kereta api berangkat, aku membuka FBku sendiri, dan juga membeli makanan dan minuman yang ada di kereta. Memang harga dalam KA Lokal Purwakarta ini, baik selama perjalanan ataupun kereta berhenti, pedagangan asongan yang menjajakan jualannya menjual dengan harga yang cukup murah, tak heran kalau penumpang KA Lokal Purwakarta banyak yang membeli disitu karena tergolong murah.

Sekitar pukul 08:40, kereta api KA Lokal Purwakarta dan KA Serayu belum bisa dijalankan. Aku merasa bingung, dijadwal padahal jam 08:36 kereta api Lokal ini sudah diberangkatkan, tapi juga beberapa menit setelah 08:40 kereta api ini belum bisa dijalankan juga. Pukul 09:00, kedua kereta api ini belum bisa dijalankan, ternyata ada pengumuman kalau ada gangguan wesel di stasiun Kampung Bandan. Sehingga kedua kereta yang melewati stasiun Kampung Bandan harus menunggu, walau penumpang kecewa, namun kekecewaan tersebut hilang ketika mereka saling ramah tamah terhadap penumpang satu sama lainnya, walau aku sendiri disini, aku hanya bisa mengabari kepada Emnyu kalau aku bakal datang rada telat karena gangguan wesel yang memakan waktu hingga 1 jam. Sekitar jam 09:25, gangguan wesel sudah tiada, namun KA Serayu yang dijalankan duluan karena nomor kereta api tersebut kecil dibandingkan KA Lokal Purwakarta yang aku naiki. KA Serayu itu bernomorkan 142 sementara KA Lokal Purwakarta bernomorkan 280. Jika tidak ada gangguan, maka KA Lokal Purwakarta lah yang jalan duluan sehingga bisa terkena susul saat distasiun Bekasi ataupun Cakung oleh KA Serayu. Sekitar jam 09:35 kereta api lokalan baru bisa diberangkatkan.

Perjalanan yang begitu lama namun menyenangkan pada KA Lokal Purwakarta ini jalan yang begitu santai dan cepat, bisa melihat pemandangan selama perjalanan, beramah-tamah dengan orang sekitar dan juga bisa SMSan dengan Emnyu, beruntung dia punya pulsa sehingga aku bisa berbincang dengannya lewat SMS ini. Memang sudah lama aku tidak berkomunikasi dengannya lewat SMS sehubung dengan pulsa pada nomornya itu sering kesedot, tapi aku bersyukur aku masih bisa berkomunikasi dengannya melewati SMS ini. Rinduku seakan-akan hilang ketika aku berbincang dengannya lewat SMS, namun sayangnya gak sengaja aku ketiduran di kereta saking lelahnya aku pada hari kemarin saat aku memenangkan lomba di Ramayana Parung itu selepas kereta api lokalan yang aku naiki sudah lewat stasiun Tambun. Ketika aku bangun sudah mulai masuk ke stasiun Karawang, udah setengah jalan menuju stasiun Purwakarta, aku mengabari dirinya lagi kalau aku sudah masuk stasiun Karawang, berlanjut melewati SMS mengenai perbincangan antara aku dengannya sampai masuk ke stasiun Cikampek karena setelah masuk stasiun itu, dia sudah tidak mengabariku lagi, entah dia sedang apa, namun aku tetap menunggu dirinya.

Aku tiba di Stasiun Purwakarta pada pukul 12:18 yang seharusnya sampai di Stasiun Purwakarta dengan KA Lokal Purwakarta adalah pukul 11:35. Terpotong waktu 1 jam akibat gangguan wesel sebelum berangkat. Walau tiba dengan perut mulas, tapi aku sudah terlanjur keluar dari stasiun dan tidak bisa masuk stasiun lagi, ya terpaksa rasa sakit perutku aku tahan dulu. Aku mengabari dirinya ketika aku sudah tiba di Stasiun Purwakarta aku jalan mondar-mandir kesana kemari untuk menunggu dirinya tiba, aku nunggu disebelah utara jalan masuk stasiun Purwakarta karena biasanya dia tiba di jalan itu, aku berjalan kesana namun ada seseorang memanggil namaku, pas aku menoleh kepalaku ke arah yang berlawanan ternyata Emnyu dan temannya si Isti dan Alma menghampiri diriku. Aku kira pada datang diarah yang biasa mereka tiba, taunya diarah yang sebaliknya. Ternyata mereka membaca buku dulu saat menungguku tiba di Stasiun Purwakarta ini.

Rasa rindu dan kangenku lepas ketika aku berjalan bersama dengan Emnyu, melihat dirinya yang cantik dan indah rasanya aku ingin selalu bersama dengannya. Entah kenapa setiap aku melihat pipinya yang embem itu aku ingin menyubit pipinya terus. Tapi aku rasa aku menyubit pipinya nanti ketika aku sudah ada di pendopo atau di suatu tempat bersama dengannya. Ketika aku berjalan bersama dengannya aku ingin mengatakan kalau aku ingin mencari toilet, entah kenapa setiap tiba disini bawaannya pengen buang air besar. Tapi anehnya beberapa jalan setelah itu perutku gak merasakan sakit lagi. Memang rada aneh perutku ini kalau udah tiba di Purwakarta selalu saja seperti ini. Tujuan pertamaku bersama dengannya dan temannya adalah mencoba mencicipi Mie XP yang ada di dekat alun-alun Purwakarta, tepatnya dekat juga dengan Situ Buleud. Aku jadi teringat saat aku berada di KA Lokal Purwakarta dimana ada seseorang yang mempromosikan kota Purwakarta yang identik dengan keindahan Situ Buleud dan alun-alun Purwakarta sambil menyanyikan ciri khas lagi Purwakarta yang biasa dimainkan oleh Bupati Purwakarta, lagu tersebut pernah di berikan oleh Emnyu mengenai lagu ciptaan Bupati Purwakarta. Memang indah lagu itu, serasa kembali ke zamannya tradisional saat ini.

Saat tiba di sebuah warteg... maksudnya sebuah tempat makan yang bernama Mie XP, aku, Emnyu, dan teman-temannya mencarikan tempat duduk untuk makan bersama. Setelah dapat, seorang pelayan mengantarkan menu dan memo untuk dituliskan pesanan yang kita inginkan. Karena mie disini adalah mie pedas berlevel, namun karena perutku ababil, jadinya aku memesan Mie XP berlevel 2 saja. Namun Emnyu memesan mie berlevel 3, si Alma berlevel 3 dan hebatnya si Isti berlevel 5. Entah bagaimana dengan pedasnya level 5 itu. Walau sebenarnya aku pengen coba langsung level 10, berhubung perut bermasalah jadinya aku pilih level 2 saja. Beberapa menit setelah itu, ada temen Emnyu yang datang yang bilang cie-cie. Entah sepertinya mereka merasa kalau Emnyu bersama dengan laki-laki berkacamata itu (aku sendiri). Saat teman-temannya bingung bagaimana cara menyampaikan memo dan pesanan ini, akhirnya karena gak ada yang berani jadinya aku yang memberikan pesanan itu ke pelayanan.

Oh iya, harga-harga Mie XP di kota Purwakarta ini bisa terbilang tergolong murah, walaupun unik yang biasanya mahal tapi memang cukup unik, apalagi pedasnya berlevel sesuai keinginan kita, tapi kalau level pedas yang kita mau adalah antara level 6 hingga 10 maka kita dikenakan biaya tambahan sekitar 2000 rupiah yang awalnya hanya 5000 rupiah untuk memesan mie, baik mie rebus dan mie goreng. Aku, Emnyu, dan yang lainnya memesan mie goreng dengan minuman Coffe Latte XP. Memang serba XP disini. Tapi menurut telaah aku, XP bisa dibilang sebuah kata dari emoticon lidah memelet dengan mata serasa sakit. Ya bisa dibilang karena pedas atau apa tapi menurut asal-usul dugaanku juga seperti ini. Dilihat dari tempat makannya ini dibuat cukup khas dan tradisional. Aku lupa dengan istilahnya namun tempat makan seperti ini banyak dikunjungi orang-orang untuk bersantai dan memakan khas makanan pedas disini. Apalagi bisa dibilang, tempat makan ini bisa dibilang sukses karena tempat tersebut menyediakan panggung kecil ketika ada band ataupun seseorang yang ingin tampil memeriahkan tempat makan ini. Ya tidak kusangka kalau tempat makan ini tergolong sukses, walau aku sebenarnya masih bertanya apakah tempat makan seperti ini membuka cabang atau enggak.

Ketika aku, Emnyu, dan teman emnyu yang lainnya menunggu pesanan, Amicu merasa ada sesuatu yang ganjal di meja tersebut, seperti tidak imbang dan mau jatuh, akhirnya tempat makan kita berpindah ke tempat yang bisa lesehan. Beruntungnya, aku bisa duduk disamping Emnyu. Beberapa menit setelah itu, pesanan datang, pesanan itu adalah Coffe Latte XP, Coffe Latte dengan agar-agar seperti rumput laut. Beberapa menit setelah itu, datanglah pesanan Mie Goreng XP berdasarkan level yang diinginkan. Isti level 5, alma dan Emnyu level 3, sementara aku level 5 dikurangi 3. Walau terkadang sebelum makan si Isti dan Alma suka usil memfoto aku dan Emnyu, tapi saat makan juga aku dan Emnyu juga difoto. Aku tidak mengkhawatirkan akan hal itu, lagipula mungkin dia mau share ke Emnyu setelah ini buat kenangan. Karena porsi makanan mie goreng XP ini sedikit rasanya aku mau nambah lagi, tapi sayangnya kalau nambah aku nambah uang untuk membayar makanan itu lagi. Jujur, selama aku makan makanan ini ternyata enak ditambah lagi pedas level 2 bisa dirasakan seperti pedas yang biasa kita makan di mie goreng pada umumnya. Emnyu, Alma, dan Isti kaget ketika aku sudah menghabiskan makanan itu dengan cepat. Ya pada dasarnya aku sendiri lapar karena dikereta gak ada makanan yang membuatku kenyang. Akhirnya aku menunggu mereka selesai makan, Emnyu mengajakku untuk makan makanan darinya, namun aku gak mau. Tapi dia menawarkan aku kalau dia ingin menyuapiku. Akhirnya aku ingin coba juga makanan pedas level 3 ini, ternyata memang sedikit lebih pedas dari makanan punyaku. Tapi betapa romantisnya dan senangnya ketika dia menyuapi diriku. Seandainya makananku gak habis, aku bisa menyuapi dirinya. Bahkan mungkin bisa saling suap. Walau aku juga melihat banyak orang yang senyum dan bilang so sweet kepada kami, tapi aku abaikan saja. Aku disuapi dua kali olehnya, rasanya senang dan bahagia ketika dia menyuapi diriku walau serasa kaya anak kecil, setidaknya moment seperti ini merupakan moment yang membuatku sangat senang dan bahagia ketika dia menyuapi diriku. Senyumnya yang menawan pun saat menyuapi diriku semakin membuatku cinta dan sayang kepadanya.

Setelah Alma dan Emnyu selesai makan, si Isti tidak bisa menghabiskan makanannya karena sakit akibat mie yang dia coba berlevel 5. Aku ingin makan lagi tapi sayang takutnya perutku malah jadi masalah, ya pada akhirnya makanan itu hanya jadi sisa. Emnyu ingin mengambil tissue yang tergeletak di meja sebelah, namun Emnyu gak mau ngambil tissue itu, ternyata yang dia maksud box tissue, bukan bekas tissue yang tergeletak di meja itu. Memang begini kalau udah kebawa asik, jadinya suka salah bawa kalau disuruh. Setelah itu, kita semua membayar pesanan kita, tapi Emnyu mau membayariku, betapa baiknya dia membayari makananku itu walau sebenarnya aku gak mau merepotkan dirinya tapi dia memang baik samaku, semoga kebaikannya ini dibalas oleh Allah swt suatu hari ini.

Berlanjut ke pendopo yang ada di alun-alun Purwakarta bersama dengan Emnyu dan teman-temannya walau ditengah jalan sempat termakan waktu dengan adanya teman Isti yang ingin berbicara sebentar. Setelah itu lanjut jalan kesana. Saat berjalan ke pendopo, Emnyu bercerita mengenai kejadian minggu kemarin yang menimpa dirinya. Saat itu, ketika Isti dan Emnyu jalan berdua dipendopo, dia bertemu dengan seorang laki-laki yang ingin melakukan penelitian mengenai pergaulan bebas. Dari cerita yang aku dengar walau aku lupa detail ceritanya ini, memang rasanya cowok yang memperlakukan sama Emnyu memang kurang ajar. Penelitian pergaulan bebas tapi dirinya seperti itu sama aja mencerminkan gak punya jiwa penelitian ditambah lagi temanya kaya gitu aku rasa dia perlu dituntut mengenai hukum penelitian seperti ini. Setelah aku mendengar cerita darinya, yang aku khawatirkan adalah mengenai Emnyu ketika dia sedang diluar bahkan sendirian, terkadang memang banyak sekali cowok yang gak benar sampai mempermainkan psikis, batin, bahkan fisik seorang perempuan. Aku hanya berharap dirinya baik-baik saja dan tidak terkena bujuk rayuan dari laki-lakian lainnya yang bisa membahayakan dirinya itu.

Sesampainya dipendopo, aku, Emnyu, Isti, dan Alma mulai berlesehan di pendopo. Alma dan Isti ingin menonton video yang ada di notebook Emnyu namun aku ingin lihat buku tahunan Emnyu yang SMP itu. Akupun mengeluarkan buku tahunanku yang SMA. Yang awalnya Si Isti dan Alma sedang asyik nonton video di notebook Emnyu namun tidak jadi karena mereka asyik melihat buku tahunan milikku karena terbilang keren. Bahkan tertawa karena buku tahunan dari sekolahku sendiri membuat mereka terhibur, bahkan si Isti sampai mencari temen sekolahku sendiri yang fans akan korea band. Tak lupa karena si Isti waktu itu menyukai temanku yang bernama Herlambang, dia pun tertarik karena dia menyukai gaya dan orang yang seperti itu, walaupun aku awalnya mengajak dirinya tapi aku sedikit ragu dengannya untuk bertemu dengan si Isti tapi aku hanya menunggu respon darinya saja. Bahkan aku sampai share cerita mengenai kelasan dan orang yang ada di sekolahku dulu. Mengingat masa-masa sekolahku yang memiliki moment unik ini, aku ceritakan kepada mereka. Disamping aku menceritakan mengenai orang-orang yang ada di buku tahunan, aku sambil melihat buku tahunan milik Emnyu, bisa dibilang buku tahunan miliknya merupakan kualitas standard pada umumnya, dan akupun melihat foto dirinya yang unyu-unyu dan cantik. Setelah mereka melihat buku tahunanku dan aku sudah melihat buku tahunan miliknya, sekarang temen Emnyu melihat buku tahunan milik Emnyu. Disaat mereka melihat buku tahunan mereka, aku dan Emnyu sambil cerita mengenai pengalaman yang terjadi saat itu. Tapi sayangnya, walau sedikit terhambat dengan narsisnya si Isti dan Alma, jadi aku dan Emnyu tidak begitu banyak berbagi cerita. Setelah mereka narsis, maka aku dan Emnyu gantian narsis. Pipi yang begitu embem dan juga wajah yang cantik menggambarkan hatinya yang begitu indah dan suci. Aku sangat menyayangi dirinya. Foto yang kali ini justru lebih terlihat romantisnya. Rasanya senang dan bahagia ketika aku berfoto bersama dengannya. Terlebih lagi ketika aku melihat wajahnya yang unyu dan menawan. Setelah bernarsis ria, ada tukang sound system hadir dan ingin meletakkan sound system di pendopo. Namun, hujan pun turun, aku, Emnyu, Isti dan Alma pindah ke Gazebo Hall dekat alun-alun Purwakarta.

Waktu sudah menunjukan pukul 15:10, aku hanya punya waktu 12 menit untuk kembali ke stasiun sebelum terlambat. Di dalam Gazebo Hall tersebut, Isti dan Alma sedang membeli kue manis yang biasa disebut dengan kue setan atau mochi atau apalah, aku sendiri lupa. Namun aku dan Emnyu berdua, aku teringat akan pesan yang disampaikan oleh Emnyu bahwa apakah aku berani mengungkapkan rasa sayang dan cintanya kepadanya. Secara langsung, aku pun mengatakan kepadanya apakah dia ingin menjadi pacarku, dia pun menjawab iya dengan rasa yang gugup dan cenat-cenut, hal yang sama dirasakah olehku, aku memiliki rasa dengannya, bahwa aku sangat menyayangi dan mencintai dirinya. Aku pun mengucapkan kata-kata itu ketika berjalan menuju stasiun disaat hujan deras. Betapa romantisnya moment yang aku dan Emnyu lakukan disitu, terutama saat hujan, memang inilah cinta sejati yang sebenarnya. Aku sendiri tak mau kehilangan dirinya, dia memang pilihanku dan jawaban dari Allah swt juga. Disaat pulang, aku kedinginan karena aku terkena hujan, ditambah lagi hawa yang dingin disertai halilintar yang menyambar begitu dekat di kota Purwakarta. Aku ingin menggenggam tangannya yang begitu lama agar aku bisa hangat bersama dengannya, namun karena suasana saat itu lagi ramai, aku takut, sehingga aku lepaskan dahulu. Rasanya aku ingin menggenggam tangannya begitu lama. Sesampainya di stasiun Purwakarta, dengan segera aku menanyakan mengenai kereta api Serayu apakah sudah tiba ataupun belum, ternyata belum tiba walau pukul sudah menunjukan pukul 15:36. Dengan segera aku membeli tiket KA Serayu, walau sempet mengalami gagal print dikarenakan internetnya mati akibat hujan, namun beruntungnya tukang loket tersebut menelpon untuk segera mengeprint data berdasarkan nomor telepon yang sebelumnya pernah dimasukan ke data pusat, akhirnya tiket KA Serayu bisa diraih dengan harga 25000 rupiah. Dengan didapatnya tiket itu dan mendapatkan stempel PWK bahwa kartu itu telah diperiksa, maka aku berpamitan kepada Emnyu dan teman-temannya. Aku melambaikan tangan kepadanya dan temannya. KA Serayu mulai tiba dan akupun langsung naik kereta api itu.

Hari itu memang hari-hari yang begitu menyenangkan bersama dengannya walau cuma sebentar. Waktu pulang menuju stasiun pun aku menyubit pipinya dan mengelus pipinya. Aku ingin sun pipinya namun karena memang kondisinya kaya gini jadinya aku tunda suatu saat nanti. Saat kedinginan pun juga aku ingin dipeluk olehnya walaupun juga sama sikon yang begitu ramai dan akupun juga belum berani. Mungkin suatu hari nanti. Selama perjalanan pulang, aku teringat akan cerita dirinya kalau dia setelah lulus dari SMK ingin melanjutkan kuliah di jurusan administrasi perkantoran. Walaupun aku lulus dari kuliah adalah 4 tahun, namun aku hanya berharap setelah lulus dari kuliah aku benar-benar bisa selalu bersama dengannya dalam hidupku. Aku juga berharap suatu hari nanti saat dia PKL atau Tugas Lapangan, dia bisa menjaga dirinya dari sesuatu yang tidak diinginkan yang menghampiri dirinya. Walau rawan, hubunganku LDRan, aku yakin Allah pasti memberikan perlindungan untuk hubungan kita berdua. Dan semoga kami bisa selalu terbuka dan selalu share tanpa ada sesuatu yang disembunyikan selama ini. Hujan inilah yang memberikan kenangan yang indah ketika aku bersama  dengannya walau waktu yang aku lakukan bersamanya hanya 2 jam saja.

Aku pun mendapatkan cerita pengalaman dari Emnyu di hari itu, ceritanya awalnya mau kirim di tumblr, cuma aku ceritakan kembali disini.

Pertemuan singkat (pertemuan ke-4)

Dipagi hari sekitar  jam 05:00 aku terbangun dari tidurku karena aku bermimpi sesuatu hal. Aku bermimpi bahwa hari ini aku tak dapat bertemu dengannya, seperti minggu kemarin yang tak jadi bertemu karena dia telat bangun pagi. Sesak rasanya bermimpi seperti itu, hati semakin gelisah, mataku mulai berkaca, namun aku tetap percaya ini tidak akan terjadi lagi, dan aku percaya bahwa Tuhan pun pasti akan mempertemukan kita.
Tak lama kemudian, aku mendapatkan pesan darinya

“Emnyu, maaf amicu datang jam 11:30. Soalnya KA Serayunya habis lagi :( jadwal KA Serayu sekarang berangkat jam 08:40 sementara KA Lokal Purwakarta  jam 08:35. Maaf ya sayang :( ”

Aku mulai khawatir dengan pesan darinya itu. Aku takut jika mimpi itu terjadi, sungguh aku mulai takut lagi.

“enggak KA Serayu enggak KA Lokal Purwakarta dua-duanya belum berangkat sama sekali -_- “
“ternyata wesel (rel cabang) di kampung Badan gangguan nyu. KA Serayu sama KA Lokalan gak bisa diberangkatkan sampai saat ini :( “

Lalu aku membalas pesannya :
“gak ada ya keretanya? Yaudah … “ disitu aku mulai kecewa, sedih, dan aku takut mimpi itu terkabulkan.

“keretanya ada kok sayang. Ini langsung ngebut keretanya. Telat hampir sejam gara-gara gangguan wesel. Yang seharus lokalan jalan dulu. Ini yang jalan Serayu dulu soalnya nomornya lebih kecil” ucapnya di pesan. Kali ini rada lega, aku pun tersenyum bahwa mimpi itu tak benar. Aku tahu Tuhan akan mempertemukanku dengannya.

Sekitar pukul 12:00 aku berangkat bersama Isti dan Alma menuju Stasiun Purwakarta. Untuk menunggunya sampai distasiun, aku dan mereka berniat untuk pergi ke perpustakaan yang bertempat disebelah stasiun. Alma mengisi daftar hadir dan kita menuju lantai 2. Baru saja sampai dilantai atas, dia mengirimiku pesan bahwa dia sudah sampai didepan. Aku dan mereka pun tertawa, dan akhirnya kami menghampirinya, dan tak jadi membaca buku :D . setelah bertemu dengannya, kami langsung menuju tempat tujuan kami, yaitu mie XP. Seperti biasa, pacarku ini setiap sampai disini pasti bawaannya ingin buang air besar, sungguh membuatku tertawa geli dan malu x) tetapi dengan cepat rasa itu hilang dan tak jadi, memang dia begitu, bingung rasanya :o .

Setelah sampai di mie XP, kami langsung memilih tempat duduk, dan kami mendapatkannya. Tak lama, teman kelasanku pun datang untuk makan sepertiku, malu rasanya, ya Tuhan … sungguh ku sangat malu x) saat pacarku pergi untuk memberikan pesanan, salah satu temanku, sri winda, menghampiriku

“siapa?”
“orang :D “ucapku sambil menjabat tangannya.
“kesana ya ..” ucapnya sambil pergi
“iya :) “

Singkat cerita. Karena kami tak nyaman dengan meja makan kami yang tak seimbang, akhirnya kami pindah ke tempat makan yang berupa lesehan, bukan berupa kursi lagi. Ini tempat yang cocok untuk kami.

Minuman sudah datang, namun makanannya belum datang, kami tetap menunggu. Sambil menunggu, kami berbincang sedikit, dan dengan kejailan isti, tiba-tiba dia mengambil gambarku dengannya, sungguh jail dia -_-



makanan pun sudah datang.  Aku pesan mie level 3 + coffee, pacarku coffee + level 2 karena aku takut kalau dia sakit perut lagi :D alma level 3 + coffee, dan isti level 5 + coffee, dia memesan level 5 karena sedang kecewa dengan pacarnya yang tak bisa menemaninya untuk makan.

Saat makan dimulai, aku berpaling ke dirinya. Dan waw, piringnya sudah kosong, aku kaget melihat itu :o
“amicu laper ya? :o “ dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Ya tuhan.. tingkahnya sangat lucu, membuatku tertawa. Aku berniat untuk memesan lagi untuknya, tapi ..

“amicu mau gak? “dia hanya menggelengkan kepalanya. Aku tetap makan mie punyaku.
“amicu mau gak? “
“mau”
dengan jawabannya, aku langsung menyuapinya. Aku mulai gugup, malu, dan rasanya seperti ingin terbang. “cie …” ucap si isti. Aku makin malu, tapi aku tetap senang menyuapinya, dan aku ingin terus menyuapinya. Setelah itu aku makan lagi, dan aku mencoba menawarinya lagi
“amicu mau lagi?”
“mau”
aku tersenyum malu, aku dengan pelan walau tangan gemetaran aku tetap menyuapinya. Andaikan mie punyaku masih banyak, mungkin aku akan menyuapinya terus-terusan, aku kasihan dengannya, dia begitu kelaparan. Aku sangat menyukai ini, dia terlihat manis, seperti anak kecil yang sedang disuapin oleh ibunya x)

Makanan sudah habis, dan kami bersantai sebentar.
“amicu, ambilin tisu dong” aku menunjuk kotak tisu dimeja sebelah. Amicu bukan mengambilkan kotak tisunya, namun dia mengambil tisu bekas orang lain.
“ih amicu jangan yang bekas orang lain, jorok atuh”
kami semua tertawa melihat tingkah pacarku ini, sungguh polos x)
“kirain amicu kamu nunjuk yang ini”
“ya enggak atuh, masa bekas orang sih”
kami tertawa tak henti, sungguh tingkahnya membuatku tertawa geli.

Setelah selesai makan, kami bergegas pergi menuju pendopo. Mulai dari bercerita, melihat buku tahunan, dan dirinya memberikan something untukku, aku sangat senang. Alma dan isti malah asik webcam-an, sedangkan aku asik bercerita dengannya. Walau aku tidak banyak berbicara/merespon ceritanya, namun aku sangat senang mendengarkan ceritanya itu.

Akhirnya aku dengannya bergantian webcaman setelah isti dan alma selesai. Aku bergaya riang dan eksis bersamanya, dan dia tak pernah lepas dari mengelus dan mencubit pipiku.
“jangan dielus yang itu, ada jerawatnya x) “
“ yaudah yang ini”
dia tetap saja mencubit dan mengelus pipiku. Rasanya senang, malu, salah tingkah, nyut-nyutan, geli, dan semua rasa bercampur menjadi satu. 






Cuaca menjadi mendung, pendopo mau ditempati untuk acara sesuatu, entah apa, hujan mulai turun. Akhirnya kami bergegas pindah ke pendopa yang satunya lagi. Hujan semakin deras, angin bertiup kencang, aku takut mendengar petir yang begitu menggelegar kencang. Saat isti dan alma membeli sesuatu, tiba-tiba dia berkatan ..

“nyu, amicu mau ngomong something”
“ngomong apa?” ucapku terkaget sambil sekilas menatapnya
“emnyu mau gak jadi pacar amicu?”

deg ! tak ku sangka dia berucap seperti itu, jelas saja aku gugup dan salah tingkah, rasanya ingin waktu diberhentikan agar aku dapat merasakan rasa ini selamanya.

“iya” ucapku sambil tersenyum malu
“makasih ya sayang”
“iya sama-sama sayang” ucapku pelan karena malu x)
“amicu sayang dan cinta sama emnyu”
“emnyu juga sayang dan cinta sama amicu”

Tuhan aku benar-benar mencintainya, terimakasih engkau telah mempertemukanku dengannya. Dia .. dia malaikat hatiku, selalu membuatku merasa nyaman dan bahagia, aku begitu menyayanginya dan mencintainya, tak sanggup jika suatu waktu memisahkan kita, aku tak ingin itu terjadi ! aku serius berhubungan dengannya.

Doaku terkabul. Dia menyatakan cinta saat hujan turun dan berkata “sayang” secara langsung, aku sangat bahagia, lebih dari apapun.

Setelah itu kita berfoto bersama, saling bergaya didepan kamera. Aku merasa bahwa aku adalah orang yang paling beruntung karena bisa memilikinya, bisa bersamanya, dan bisa berbahagia bersama.




Hujan mulai reda, saatnya pergi untuk mengantar pacarku ke stasiun untuk pulang. Berat rasanya untuk berpisah, waktu terlalu singkat,berjalan sangat cepat, aku masih rindu padanya, tapi memang harus pulang karena jadwal kereta akan segera berangkat.

Disepanjang perjalanan, aku dengannya masih berbincang bersama. Dia masih menyempatkan mengelus dan menyubit pipiku, aku biarkan saja karena aku sayang dan cinta dengannya. Saat sampai di Situ Buleud, dia sempat berkata ..
“emnyu”
“apa amicu?”
dia mencoba menyentuh telapak tangan kiriku. Aku berfikir, mungkin dia ingin menggenggam tanganku. Dia terus menyentuh tanganku, seperti ingin menggenggam, namun tetap saja tak digenggam, justru ia melepaskannya, mungkin.. dia masih malu atau .. entahlah, aku hanya tersenyum melihat tingkahnya :)

Sesampai distasiun, aku berpisah dengannya, berat rasanya. Saat berjabat tangan sebagai perpisahan, dia menggenggam tanganku begitu erat dan lama, jika dibayangkan, aku selalu ingin menangis, aku masih rindu dengannya, tapi memang sudah waktunya kita pulang.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, aku hanya menyentuh pipiku, teringat kejadian tadi. Mengingat tingkahnya yang lucu, membuat hari ini terasa sangat indah. Sangat disayangkan waktu terlalu singkat, terlalu cepat untuk berlalu.

Terima kasih atas pengorbananmu selama ini. Aku sangat bersyukur telah memilikimu, yang selalu menyayangiku dan mencintaiku apa adanya. Jika Tuhan mengijinkan kita untuk bertemu lagi, mungkin akan secepatnya kita akan bertemu kembali. Aku sangat menyayangimu dan mencintaimu, selalu merindumu.

Kejadian hari ini menjadi kenangan dihari esok ..
Seperti itulah cerita dia dalam tumblrnya, walau cerita dia justru lebih detail dan bagus daripada aku, tapi kepaduan cerita ini adalah cerita yang paling lengkap sebagai sudut pandang orang yang serba tahu, jadi seperti inilah detail cerita kami berdua. Untuk foto akan menyusul sehubung susah memindahkan foto ke blog ini.

Sabtu, 12 Januari 2013

Korban Diskriminasi

Aku melihat orang disekitarku
Bahagia dengan apa yang mereka miliki
Bahagia dengan apa yang mereka dapatkan
Bahagia dengan apa yang mereka alami
Bahagia dengan apa yang mereka rasakan
Aku senang jika mereka memperolehnya dari seseorang

Namun
Hal itu tidak berlaku bagiku
Selama ini aku tidak pernah mendapatkannya
Mereka perlahan-lahan menghindar dariku
Ketika aku menginginkan sesuatu
Mereka menghindar dan tak memberikannya kepadaku
Ketika mereka dengan orang lain
Mereka mau memberikannya
Dengan sepenuh hati dan keikhlasannya
Rasanya aku disini
Dianggap buangan dan keengganan

Berasa hidup ini benar-benar tak adil
Diskriminasi dimana-mana
Betapa sesaknya ketika perlakuan ini
Tidak adil dan memisahkan

Sekarang ini...
Sewaktu dia melakukan hal itu kepada orang lain
Dengan penuh kasih sayang dan cinta
Dia ikhlas melakukannya
Tak terkecuali ketika kepadaku
Dia enggan dan menyerong
Dia hanya memberikan hal itu untuk orang lain tak terkecuali aku

Ya..
Aku tidak pernah mendapatkan sesuatu yang lahiriah batiniah
Dia hanya memberikan kepada orang lain
Aku memang gak pernah mendapatkannya dalam hidupku
Seolah-olah mereka enggan dan menghindar dariku
Mereka menginginkan orang lain untuk diberikan
Dengan rasa tulus dan kasih sayang cinta kepadanya

Itulah sebabnya
Memang sewajarnya kesesakan ini
Aku terima dengan lapang dada.

Korban diskriminasi
Itulah aku
Setiap waktu setiap saat
Selalu menimpa kepadaku
Memang hidup ini gak adil
Aku lebih baik mengalah kepada yang berhak
Karena mereka lebih pantas mendapatkannya

Selasa, 08 Januari 2013

Sepi

Suasana yang begitu ramai
Namun serasa sepi
Ketika dia pergi entah kemana
Menunggu kabar
Tak ada satu kabar yang ada pada dirinya
Tak ada satupun yang berbincang kepadaku

Semua orang telah memiliki pasangan
Tak terkecuali dengan aku
Hidup dalam keramaian tanpa ada seseorang yang menemani
Ketika anugerah dan keberkahan pergi untuk sementara waktu
Entah kapan ia akan kembali
Entah apa yang terjadi pada dirinya
Entah bagaimana keadaannya
Aku menunggu dirinya

Hatiku terasa sepi dan hampa
Yang seharusnya ada
Kini telah tiada
Untuk sementara
Kegelapan dan kehampaan ini menyelimuti diriku
Entah sampai kapan dia kembali menerangi hidupku
Entah kapan dia kembali lagi

Sepi...
Itulah suasanaku saat ini
Apa yang aku rasakan saat ini
Sebagai rasa aku merindukan dirinya
Kangen akan dirinya
Yang begitu membuat hidupku berwarna
Aku menyayangi dirinya sepenuh cintaku
Karena Allah telah memberikan jawaban untukku
Karena dialah pilihan untuk kehidupanku

Semua bermain dengan riang
Tak ada seseorang yang mengajakku
Aku selalu memberikan kabar
Apa yang terjadi denganku
Seharian ini...
Walau aku sendiri
Rasa intimidasi dan diskriminasi selalu terjadi
Mereka yang biasanya bersamaku telah meninggalkanku
Ya inilah hidup ini enggak adil

Aku berharap
Semoga dirinya kembali kepadaku
Aku harap dia tidak meninggalkan apa yang telah kita buat bersama
Aku menunggumu